Kelompok ekstremis Yahudi berdemo mendesak bisa berdoa di Kompleks Al-Aqsa. Foto: AFP
Kelompok ekstremis Yahudi berdemo mendesak bisa berdoa di Kompleks Al-Aqsa. Foto: AFP

Pemimpin Oposisi Israel Kecam Demonstrasi Ekstremis Yahudi di Yerusalem Timur

Medcom • 08 Desember 2023 19:04
Tel Aviv: Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengecam demonstrasi provokatif oleh kelompok ekstremis sayap kanan Israel di kawasan Kota Tua Yerusalem Timur.
 
"Pawai di Yerusalem malam ini adalah upaya terang-terangan Kahanist (merujuk pada ekstremis Yahudi Meir Kahane) untuk membakar lebih banyak front dan menyebabkan lebih banyak kematian dan kehancuran," kata Lapid dalam sebuah pernyataan di X, dilansir dari Anadolu, Jumat, 8 Desember 2023.
 
Lapid menambahkan bahwa ketika dirinya menjabat sebagai perdana menteri, ia menyetujui protes di Yerusalem tetapi tidak dengan provokasi kekerasan.
 
Baca: Ekstremis Yahudi Demo di Yerusalem, Tuntut Penghapusan Otoritas Wakaf Islam.

Pada Selasa, harian Haaretz mengatakan bahwa polisi Israel di Yerusalem menyetujui demonstrasi Yahudi yang rencananya akan melewati Kawasan Muslim di Kota Tua. Massa menuntut diakhirinya status Islam di Masjid Al Aqsa.

Berbagai kelompok Yahudi sayap kanan mengumumkan dalam sebuah pernyataan bersama pada awal pekan ini bahwa mereka akan mengadakan pawai provokatif tersebut pada Kamis malam yang bertepatan dengan hari pertama Hanukkah. Ini adalah sebuah festival keagamaan Yahudi yang berlangsung selama delapan hari.
 
Pernyataan tersebut juga mengatakan bahwa aksi massa tersebut akan diselenggarakan untuk mengakhiri administrasi Departemen Wakaf Islam Yerusalem di Masjid Al-Aqsa. Mereka akan membangun kembali kedaulatan Yahudi di Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa.
 
Departemen ini adalah badan yang dikelola Yordania yang bertanggung jawab atas administrasi situs suci umat Islam di Yerusalem Timur yang diduduki, sebagaimana diatur dalam Perjanjian Perdamaian Israel-Yordania yang ditandatangani pada 26 Oktober 1994.
 
Namun, kelompok-kelompok Yahudi ekstremis telah menyerbu Masjid Al-Aqsa dengan didampingi oleh polisi sejak tahun 2003.
 
Kelompok-kelompok radikal ini, yang menyebut area tersebut sebagai Temple Mount, mendorong warga Israel untuk menyerbu Al-Aqsa untuk melakukan ritual keagamaan, disertai dengan seruan untuk membangun kuil Yahudi di sana.
 
Wakaf telah memperingatkan bahwa penggerebekan oleh orang-orang Yahudi fanatik telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
 
Pasukan Israel telah memberlakukan pembatasan bagi umat Islam untuk memasuki Masjid Al-Aqsa sejak 7 Oktober, ketika mereka melancarkan serangan ke Jalur Gaza, Palestina.


Israel tidak berhak

Berdasarkan status quo yang dikeluarkan pada 1757 oleh Sultan Oman III. Status quo ini lah yang menyebutkan bahwa non-Muslim dan Yahudi dilarang untuk beribada di kompleks Masjid Al-Aqsa. Hak bagi Yahudi untuk berdoa adalah di wilayah Tembok Barat atau biasa dikenal dengan Tembok Ratapan.
 
Alasan lain Yahudi tidak diizinkan masuk ke Al-Aqsa untuk berdoa karena didasarkan keputusan Kepala Rabi Israel yang diakui sebagai otoritas rabi tertinggi Yudaisme. Mereka menyatakan bahwa Temple of Mount adalah tempat Maha Kudus. Sehingga bagi Yahudi menginjakan kaki di situs itu sama saja melakukan penistaan.
 
Ketentuan ini sudah dikeluarkan oleh Kepala Rabbi Yerusalem sejak 1921. Ini merupakan pandangan yang diikuti oleh para rabi kepala didasarkan Maimonides bahwa Shechinah atau kehadiran ilahi masih ada di lokasi sisa Bait Allah.
 
Mereka yang masuk ke area Temple Mount tanpa ritual penyucian, dapat dihukum dengan kareth. Kareth ini juga dikenal sebagai kematian karena ketetapan surgawi. (Kanaya Hairunissa) 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan