IAEA mengatakan bahwa pihaknyah sedang menentukan apakah pengayaan uranium di Iran tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak.
Ini adalah uranium kemurnian tertinggi yang pernah ditemukan di Iran, yang secara bertahap meningkatkan pengayaannya sejak 2019, satu tahun setelah penarikan sepihak Amerika Serikat (AS) dari kesepakatan JCPOA. Pejabat Iran bersikukuh bahwa negaranya tidak berusaha membuat senjata nuklir.
Untuk membuat sebuah bom nuklir, diperlukan uranium dengan tingkat kemurnian di angka 90 persen.
"IAEA mengetahui laporan media baru-baru ini terkait tingkat pengayaan uranium di Iran," tulis badan tersebut di Twitter, dilansir dari Al Jazeera, Senin, 20 Februari 2023.
"Direktur Jenderal @rafaelmgrossi sedang mendiskusikan dengan Iran hasil kegiatan verifikasi Badan baru-baru ini dan akan menginformasikan kepada Dewan Gubernur IAEA sebagaimana mestinya," imbuh mereka.
Behrouz Kamalvandi, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran mengatakan, partikel dengan kemurnian lebih dari 60 persen telah ditemukan oleh para inspektur, tetapi itu telah terjadi sebelumnya dan tidak ada yang luar biasa.
"Adanya partikel uranium atau partikel dengan kemurnian di atas 60 persen dalam proses pengayaan tidak berarti telah terjadi pengayaan di atas 60 persen," ucapnya.
"Ini adalah sesuatu yang sangat alami yang bahkan bisa terjadi akibat penurunan feed cascade centrifuge secara sesaat. Yang penting adalah produk akhir, dan Republik Islam Iran sejauh ini belum mencoba memperkaya lebih dari 60 persen," sambung Kamalvandi.
Menurutnya, masalah seperti ini bukan sesuatu yang bahkan akan dilaporkan agensi itu ke negara anggotanya. Dengan hal tersebut dibocorkan ke media Barat, kata dia, menunjukkan upaya untuk menodai dan membelokkan fakta.
Ia juga mengulangi tuduhan Iran bahwa badan itu digunakan sebagai "alat politik" untuk menekan Iran dengan laporan rahasia yang sebelumnya bocor ke media di negara-negara Barat.
Iran dan IAEA terakhir bentrok awal bulan ini, setelah sebuah laporan badan rahasia yang bocor mengatakan interkoneksi antara dua aliran sentrifugal IR-6 canggih di situs bawah tanah yang sensitif di Fordow telah diubah tanpa pemberitahuan.
Iran, yang mulai memperkaya tingkat kemurnian uranium hingga 60 persen di Fordow pada November tahun lalu sebagai reaksi terhadap resolusi kecaman yang disahkan di dewan IAEA, menolak laporan itu sebagai "salah".
Pihak-pihak Barat dalam kesepakatan nuklir, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), telah berulang kali meminta Iran untuk bekerja sama sepenuhnya dengan badan tersebut dan memulihkan akses pemantauan lengkapnya.
Baca juga: Netanyahu Janji Berupaya Gagalkan Kembalinya Kesepakatan Nuklir Iran
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News