Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Foto: AFP
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Foto: AFP

Sekjen PBB: Kami 'Gagal' Hentikan Perang di Sudan

Medcom • 04 Mei 2023 13:56
Khartoum: Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan pihaknya gagal menghentikan perang di Sudan. Hal ini disebabkan pertempuran bersenjata antara dua fraksi utama rezim militer Sudan hingga saat ini masih berlangsung.
 
Guterres menyampaikan bahwa 'PBB kaget' melihat terjadinya konflik tersebut. Padahal, badan dunia berharap negosiasi transisi menuju pemerintahan sipil di Sudan bisa berhasil.
 
“Kami dan banyak orang lain tidak mengharapkan ini terjadi. Kami dapat mengatakan, gagal menghindarinya terjadi,” kata Sekjen Guterres, dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 4 Mei 2023.

"Sebuah negara seperti Sudan yang telah sangat menderita tentu tidak mampu menanggung (konsekuensi dari) perebutan kekuasaan antara dua orang ini,” sambungnya.
 
Baca: PBB: Pengungsi Sudan Bisa Bertambah Hingga 800 Ribu Jiwa.

 
Konflik bersenjata antara pemimpin militer de facto Sudan Abdel Fattah al-Burhan dan pemimpin kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Mohamed Hamdan Dagalo pecah pada 15 April lalu. Menurut data Kementerian Kesehatan, pertempuran ini telah mengakibatkan setidaknya 550 orang tewas dan 4.926 lainnya mengalami luka-luka.
 
Sejak mantan Presiden Sudan Omar al-Bashir digulingkan pada 2019, mediator internasional ingin membawa warga sipil dan militer ke meja perundingan. Namun, kerja sama kedua fraksi militer dalam kudeta 2021 justru membuat tentara semakin berkuasa.  
 
Akibatnya, proses transisi menuju pemerintahan sipil pun terganggu dan terjadilah perebutan kekuasaan.

Sudan perpanjang gencatan senjata

Guterres mengatakan bahwa kedua pemimpin fraksi militer telah sepakat melakukan gencatan senjata selama tujuh hari mulai dari 4 Mei. Tentara militer Sudan pada Kamis pagi mengatakan bahwa telah “menerima” usulan perpanjangan gencatan senjata ini, sambil menyerukan “solusi Afrika untuk masalah benua”.
 
Namun, RSF tidak mengomentari gencatan senjata dan menekankan bahwa komitmennya tergantung pada “penghormatan gencatan senjata” yang dilakukan pihak lain.
 
Perlu diketahui bahwa pihak-pihak yang bertikai di Sudan sudah berkali-kali mengumumkan gencatan senjata. Namun, tidak ada gencatan senjata yang berjalan efektif dan serangan tetap berlanjut.
 
Terlepas dari upaya gencatan senjata, saksi melapor bahwa masih ada pesawat tempur di bagian utara Khartoum. Terlebih, masih terjadi bentrokan sengit di dekat markas penyiar negara, tepatnya di Khartoum, kota kembar Omdurman.
 
“Kami mendengar lagi tembakan keras dan tembakan anti-pesawat ke jet tempur pagi ini,” kata seorang warga Khartoum Selatan.
 
Tak hanya itu, kini sebagian rumah sakit juga telah diserang dan hanya tersisa 16 persen rumah sakit di Khartoum yang masih berfungsi. Komisaris HAM PBB Volker Turk pun menggambarkan situasi ini sebagai “memilukan” dan “bencana”.  


Rumah warga dibakar

Diketahui, hampir 450.000 warga sipil telah meninggalkan rumah mereka. Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mencatat sebanyak 115.000 lebih orang telah mencari perlindungan di negara-negara tetangga.
 
Mahamat Hassan Hamad, salah satu pengungsi Sudan, mengatakan para jenderal telah “membunuh orang dan membakar rumah mereka”. Pengungsi lain, Hawa Ahmat, mengatakan dirinya sudah tidak makan atau minum selama lima hari, setelah “tentara datang, dan menembaki rumahnya”.
 
Kegagalan para jenderal yang bertikai untuk mematuhi komitmen sebagai upaya mengakhiri konflik telah mengundang semakin banyak kecaman internasional. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan pada Selasa, bahwa pertempuran itu telah memengaruhi “seluruh wilayah”.
 
Selain Khartoum, serangan juga terjadi di wilayah Darfur. Menurut serikat dokter Sudan, setidaknya 99 orang di Darfur tewas akibat pertempuran ini.
 
Sebuah video yang diunggah di media sosial memperlihatkan tanah di sebuah kamp wilayah El Geneina, Darfur Barat, telah tertutup oleh abu bakar. Pejabat badan pengungsi PBB di Darfur, Toby Harward, mengatakan bahwa kerusakan yang sangat luas tidak hanya terdapat di El Geneina, tetapi juga “terjadi di banyak kota besar" di Darfur,
 
Diketahui, Darfur masih dilanda perang yang pecah pada 2003 ketika Bashir melepaskan milisi Janjaweed yang sebagian besar direkrut dari suku penggembala Arab untuk melawan pemberontak etnis minoritas di Darfur. Milisi Janjaweed inilah yang kemudian berkembang menjadi pasukan RSF. (Arfinna Erliencani)
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan