“Selain itu, lebih dari 200.000 pengungsi dari negara tetangga Sudan Selatan dan di tempat lain sekarang di Sudan mungkin terpaksa pulang sebelum waktunya,” kata Sarrado, seperti dikutip Anadolu, Rabu 3 Mei 2023.
Angka tersebut merupakan proyeksi perencanaan keuangan dan operasional, tambahnya.
Dia mencatat bahwa lebih dari 100.000 pengungsi, termasuk pengungsi Sudan, Sudan Selatan pulang sebelum waktunya, dan lainnya yang juga pengungsi di Sudan diyakini telah melarikan diri dari Sudan ke negara tetangga.
Sarrado mengatakan bahwa pergerakan lintas batas paling signifikan sejauh ini adalah pengungsi Sudan yang tiba di Chad dan Mesir, dan warga Sudan Selatan yang kembali ke Sudan Selatan, menambahkan bahwa sebagian besar pendatang baru adalah perempuan dan anak-anak.
“Sementara UNHCR memiliki operasi besar di banyak negara tetangga, minggu sebelumnya mereka telah mengerahkan tim darurat tambahan dan mengaktifkan rantai pasokan global kami. Termasuk pesanan untuk sekitar 70.000 barang bantuan inti dari stok global kami untuk Chad dan Sudan Selatan,” imbuh Sarrado.
Paul Dillon dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), mengatakan bahwa ada sekitar 334.000 pengungsi internal karena pertempuran, menurut Matriks Pelacakan Pemindahan IOM.
Jumlah pengungsi selama dua minggu terakhir melebihi semua pemindahan terkait konflik yang tercatat di Sudan pada tahun 2022, kata Dillon, menambahkan bahwa sekitar 72 persen dari semua pemindahan internal baru dilaporkan di wilayah Darfur Sudan barat saja.
Adapun rencana kemanusiaan untuk Sudan hanya didanai 14 persen. Jens Laerke, Juru Bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), mengatakan bahwa Rencana Tanggap Kemanusiaan senilai USD1,7 miliar untuk Sudan hanya didanai 14 persen.
OCHA mengimbau semua donor untuk mendukung kelompok kemanusiaan tanpa penundaan sehingga bantuan yang sangat dibutuhkan dapat segera diberikan, kata Laerke.
“Mitra di lapangan, jika situasi memungkinkan, terus beroperasi,” ucapnya.
Tarik Jasarevic, untuk organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan bahwa enam kontainer untuk merawat luka dan malnutrisi akut sedang diturunkan di Port Sudan.
Jasarevic menambahkan, sesegera mungkin, 13 metrik ton pasokan lainnya akan diterbangkan dari pusat logistik WHO di Dubai.
Setidaknya 528 orang telah tewas dan lebih dari 4.500 terluka dalam pertempuran antara dua jenderal yang bersaing di Sudan –,panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan komandan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Mohammed Hamdan “Hemedti” Dagalo,– sejak 15 April.
Ketidaksepakatan telah muncul dalam beberapa bulan terakhir antara tentara dan pasukan paramiliter atas integrasi RSF ke dalam angkatan bersenjata, syarat utama dari perjanjian transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik.
Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021, ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat dalam sebuah langkah yang dikecam oleh kekuatan politik sebagai “kudeta”.
Masa transisi Sudan, yang dimulai pada Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir, dijadwalkan berakhir dengan pemilu pada awal 2024.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News