Macron khawatir kelompok Muslim di Prancis mengabaikan aturan-aturan hukum negara dan membentuk masyarakat tersendiri. Macron menegaskan bahwa nilai-nilai sekularisme harus berdiri tegak di Prancis.
"Tidak perlu khawatir terhadap agama kami, karena kami tidak pernah bergantung pada dukungan otoritas atau mengacungkan pedang di hadapan mereka yang menentangnya," kata al-Qaradaghi, Sekretaris Jenderal Serikat Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS) yang berbasis di Qatar.
Ia menyayangkan masih adanya pemimpin global yang "masih hidup di tengah bayang-bayang perang agama di abad pertengahan." Al-Qaradaghi diyakini merujuk pada Perang Salib yang terjadi antar kelompok agama di Asia Barat dan Eropa di abad 11-17.
"Jika krisis nyata itu memang ada, maka itu terjadi karena standar ganda yang diterapkan sejumlah politisi Barat," sebut al-Qaradaghai, dilansir dari laman Yeni Safak, Sabtu 3 Oktober 2020.
Menurut Al-Qaradaghi, Macron merupakan kepala negara yang sedang hidup di tengah krisis moral, kemanusiaan dan juga politik.
"Presiden Macron, Islam tidak bisa menanggung beban dari pemimpin kartun palsu yang menciptakan krisis di bawah dukungan (negara) Anda," tutur al-Qaradaghi, merujuk pada kartun Nabi Muhammad yang dirilis majalah asal Prancis, Charlie Hebdo.
Terkait kartun tersebut, Macron menolak mengecamnya dengan beralasan bahwa Prancis menjamin kebebasan berekspresi bagi siapapun, termasuk jajaran kartunis di kantor Charlie Hebdo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News