Suara tembakan senjata api terdengar tak lama usai ledakan bom. Warga di lokasi kejadian berlarian panik menjauhi balai kota.
Serangan terbaru pada Sabtu kemarin merupakan kali pertama aksi bom bunuh diri menelan sejumlah korban di wilayah timur RD Kongo. Sebelumnya pada tahun ini, ledakan bom bunuh diri mengguncang sebuah bar di kota Beni, yang tidak menelan korban jiwa selain pelaku.
Ledakan terbaru ini memperdalam kekhawatiran mengenai ekstremisme agama di timur RD Kongo, wilayah yang juga telah banyak dilanda aksi pemberontakan.
Jenderal Sylvain Ekenge, juru bicara gubernur Kivu Utara, mengatakan bahwa petugas keamanan telah menghalangi pelaku yang hendak memasuki sebuah restoran. Pelaku pun memutuskan meledakkan diri di depan pintu masuk.
"Kami menyerukan warga untuk tetap waspada dan menghindari kerumunan selama musim liburan," ucap Ekenge, dilansir dari Miami Herald.
Rachel Magali berada di restoran tersebut selama lebih kurang tiga jam. Saat sedang bersantai bersama keluarganya, tiba-tiba ia mendengar suara kencang di luar restoran. "Kami melihat asap hitam mengelilingi bar, dan orang-orang mulai menangis," ucapnya.
Dari total enam korban tewas, dua di antaranya adalah anak-anak. Setidaknya 13 orang juga terluka dalam ledakan tersebut.
"Investigasi sedang berlangsung untuk mencari dalang di balik serangan teroris ini," ungkap Wali Kota Narcisse Muteba yang juga menjabat sebagai kolonel polisi.
Warga kota Beni berulang kali mengekspresikan kekecewaan kepada pemerintah atas lemahnya bidang keamanan. Serangan masih sering terjadi di kota tersebut meski ada pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca: 22 Tewas dalam Serangan di Lokasi Pengungsian Kongo
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News