Kepala eksekutif BioNTech, Ugur Sahin berencana kirim unit produksi vaksin bergerak ke Afrika./AFP
Kepala eksekutif BioNTech, Ugur Sahin berencana kirim unit produksi vaksin bergerak ke Afrika./AFP

BioNTech Berencana Kirimkan Unit Produksi Vaksin Bergerak ke Afrika

Marcheilla Ariesta • 17 Februari 2022 09:22
Berlin: BioNTech Jerman berencana untuk mengirimkan unit produksi vaksin bergerak ke Afrika. Langkah ini dilakukan untuk membangun 'fasilitas manufaktur pertama di Uni Afrika' tersebut.
 
"Pertanyaannya adalah, bisakah kita membuat prosesnya cukup kompak untuk muat dalam wadah," kata kepala eksekutif dan salah satu pendiri BioNTech, Ugur Sahin, kepada AFP, Kamis, 17 Februari 2022.
 
BioNTech mengatakan pihaknya bertujuan untuk membangun fasilitas manufaktur pertama di Uni Afrika pada pertengahan 2022. Ia berharap untuk mengirimkan unit produksi modular ke Rwanda atau Senegal.

Presiden Rwanda Paul Kagame dan mitranya dari Senegal Macky Sall menghadiri pertemuan Vaccine Equity for Africa di lokasi produksi mRNA BioNTech di Marburg, Jerman. Ia ditemani bersama dengan Presiden Ghana Nana Akufo-Addo dan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.
 
"Sistem modular membuka perspektif baru untuk kesetaraan vaksin global," tutur Kagame.
 
Tedros mengatakan bahwa meningkatkan produksi lokal adalah hal penting, terutama karena lebih dari 100 negara di seluruh dunia telah gagal mencapai tingkat vaksinasi 70 persen yang ditargetkan WHO untuk pertengahan tahun ini.
 
Baca juga: WHO: Fase Akut Covid-19 Berakhir Jika 70 Persen Populasi Dunia Divaksinasi
 
Afrika adalah benua yang paling sedikit divaksinasi di dunia - lebih dari dua tahun setelah dimulainya pandemi dan lebih dari setahun setelah peluncuran vaksin virus korona pertama. Kurang dari 12 persen orang di Afrika sudah divaksinasi sepenuhnya.
 
Awal bulan ini, perusahaan biotek Afrika Selatan, Biologics, mengumumkan telah memproduksi vaksin covid-19 pertama di benua itu berdasarkan teknologi mRNA. Mereka menggunakan kode genetik yang dibuat oleh pembuat vaksin mRNA lain, Moderna, untuk publik.
 
Sahin mengatakan BioNTech, yang mengembangkan vaksinnya dengan raksasa farmasi AS Pfizer, telah menjual puluhan juta suntikan dan bertujuan untuk 'menginstal' lokasi produksi untuk teknologi mRNA kami di setiap benua.
 
"Afrika Selatan dapat berpotensi bergabung dengan daftar penerima lab seluler," kata BioNTech.
 
Total 12 unit masing-masing terdiri dari dua modul — satu untuk produksi mRNA dan yang lainnya untuk serum vaksin — dan mitra lokal kemudian mengambil alih pengisian vial. Proses manufaktur terdiri dari sekitar 50.000 langkah, yang masing-masing harus diikuti dengan cermat.
 
"Tetapi menjadi tantangan besar dengan proses pra-validasi sebelum dipasang," jelas Sahin.
 
Biasanya, dibutuhkan sekitar tiga tahun untuk membangun pabrik baru. Tetapi menggunakan unit bergerak, dosis pertama akan siap setelah 12 bulan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan