Beirut: Harapan mulai memudar di Beirut. Petugas penyelamat pesimistis sudah tidak akan menemukan lagi korban di balik bangunan yang ambruk akibat ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, bulan lalu. Sejak dua hari terakhir, petugas menelusuri puing sebuah bangunan di Beirut usai peralatan pemindai mendeteksi adanya tanda-tanda kehidupan.
Namun para petugas mengakhiri pencarian di hari kedua pada Jumat 4 September tanpa hasil apapun.
Dikutip dari BBC, Sabtu 5 September 2020, Beirut menggelar momen mengheningkan cipta untuk memperingati satu bulan ledakan Beirut. Peristiwa nahas tersebut menewaskan hampir 200 orang.
Ribuan orang terluka dalam ledakan tersebut, yang berasal dari 2.750 ton amonium nitrat di area pelabuhan Beirut. Masyarakat Lebanon geram setelah mengetahui amonium nitrat itu tersimpan begitu saja tanpa pengamanan berarti selama bertahun-tahun.
Pengunduran diri pemerintahan Lebanon gagal meredam aksi protes warga, yang sempat terlibat bentrok dengan aparat kepolisian selama beberapa malam.
Saat bulan berlalu, hingga saat ini masih ada tujuh orang yang dinyatakan hilang dalam ledakan di Beirut.
Kepala tim penyelamat asal Chile, Francisco Lermanda, mengatakan kepada awak media di Beirut bahwa pihaknya mendeteksi pernapasan dari balik reruntuhan. Timnya terus menggali reruntuhan, mencoba mencapai titik tempat pernapasan itu terdeteksi.
"Masih terlalu dini untuk mengetahui apakah masih ada korban selamat atau meninggal di balik reruntuhan," kata Lermanda.
Sebelumnya, koordinator upaya penyelamatan Nicholas Saade mengatakan kepada media AFP bahwa pernapasan yang terdeteksi melemah secara signifikan sejak Kamis kemarin. Awak media melaporkan bahwa pendeteksian terbaru tidak mendeteksi sinyal pernapasan apapun.
Masyarakat Lebanon berkumpul di lokasi, berharap adanya sebuah keajaiban.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id