Pertempuran di kota antara tentara yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al Burhan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Jenderal Mohamed Hamdan Daglo sekarang terkonsentrasi di sekitar pangkalan militer.
Pada saat yang sama di barat Sudan, konflik memburuk ke "tingkat yang mengkhawatirkan" di Darfur.
Sejak pertempuran meletus pada 15 April, RSF telah mendirikan pangkalan di lingkungan pemukiman ibu kota. Sementara itu, tentara berjuang untuk mendapatkan pijakan di darat meskipun memiliki keunggulan udara.
Saat RSF berjuang untuk merebut seluruh Khartoum, jutaan orang masih bersembunyi meski terjebak baku tembak tanpa listrik dan air dalam panas yang menyengat.
Pada Minggu malam, RSF mengumumkan bahwa mereka telah merebut markas besar, di tepi selatan Khartoum, dari polisi Cadangan Pusat paramiliter yang diberi sanksi tahun lalu oleh Washington karena pelanggaran hak asasi manusia.
Sedangkan pada Selasa, RSF menyerang pangkalan militer di Khartoum tengah, utara dan selatan, kata saksi mata.
Bagi banyak orang Sudan yang berjuang untuk selamat dari perang. Menikmati hidangan domba yang secara tradisional dikorbankan Muslim untuk hari raya Iduladha hanyalah kenangan yang sulit dijangkau saat ini.
Mawaheb Omar, seorang ibu dari empat anak yang menolak untuk meninggalkan rumahnya mengatakan, Iduladha, yang biasanya merupakan acara besar di Sudan, akan "menyedihkan dan hambar". Pasalnya, dia bahkan tidak dapat membeli daging kambing yang biasanya menjadi bagian kegiatan agama itu.
Kepala Angkatan Darat Burhan, berpidato di televisi pada Selasa, dan mengumumkan gencatan senjata "sepihak" pada hari pertama Iduladha.
"Konspirasi menuntut setiap orang untuk sadar dan siap untuk menanggapi ancaman eksistensial terhadap negara kita, dan karena itu kami memanggil semua pemuda dan yang dapat bertahan untuk tidak ragu memainkan peran ini, baik dari mana dia tinggal atau dengan bergabung angkatan bersenjata," kata Burhan dalam pidatonya, dilansir dari TRT World, Rabu, 28 Juni 2023.
Pemimpin RSF Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti, juga mengumumkan gencatan senjata untuk Selasa dan Rabu dalam pesan audio setelah pasukannya menguasai pangkalan polisi utama di Khartoum selatan di mana mereka menyita lusinan kendaraan dan sejumlah besar amunisi.
Front baru melawan tentara
Sementara itu, di tempat lain di negara itu, front baru telah dibuka melawan tentara dari kelompok pemberontak lokal di negara bagian Kordofan Selatan, di selatan ibu kota, serta di negara bagian Nil Biru di perbatasan dengan Ethiopia.
Di Kordofan Selatan, pihak berwenang telah menetapkan jam malam untuk mengekang kekerasan.
Troika mengungkapkan "keprihatinan yang mendalam" tentang pertempuran di Nil Biru dan Kordofan Selatan, serta Darfur, yang "berisiko memperluas konflik".
"Ratusan warga sipil telah melarikan diri melintasi perbatasan ke Ethiopia karena pertempuran yang dilaporkan terjadi di sekitar Kurmuk di Nil Biru," kata PBB.
Ini menambah jumlah yang terus meningkat, sekarang hampir 645.000 orang, yang telah melarikan diri ke negara tetangga, kebanyakan Mesir dan Chad, menurut data Organisasi Internasional untuk Migrasi terbaru.
Sekitar 2,2 juta orang telah mengungsi di Sudan, kata badan tersebut.
PBB mengatakan, konflik kemungkinan akan mendorong lebih dari 1 juta orang keluar dari negara itu pada Oktober.
Bantuan telah mencapai setidaknya 2,8 juta orang di Sudan. Tetapi badan-badan melaporkan rintangan besar untuk pekerjaan mereka, mulai dari visa untuk kemanusiaan asing hingga mengamankan koridor yang aman, dan kekurangan dana.
"Sebuah rekor 25 juta orang di Sudan membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan," pungkas PBB.
Baca juga: Paramiliter RSF Sudan Umumkan Gencatan Senjata 2 Hari Selama Libur Iduladha
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News