Jindayris: Keajaiban kembali diperlihatkan dalam bencana gempa yang melanda Turki dan mempengaruhi Suriah. Seorang bayi yang baru lahir berhasil diselamatkan.
Bayi itu ditemukan dalam kondisi selamat dan masih terikat tali pusar ke ibunya. Sang ibu pun diketahui meninggal akibat guncangan gempa Senin 6 Februari 2023.
“Bayi itu adalah satu-satunya yang selamat dari keluarga terdekatnya, yang semuanya tewas ketika gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo melanda Turki dan mempengaruhi Suriah. Gempa telah meratakan rumah keluarga di Kota Jindayris yang dikuasai pemberontak,” kata pihak keluarga, Khalil al-Suwadi, seperti dikutip AFP, Rabu 8 Februari 2023.
"Kami mendengar suara saat sedang menggali. Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh), jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit,” sebut Suwadi.
Video penyelamatan itu viral di media sosial. Rekaman itu menunjukkan seorang pria berlari dari puing-puing bangunan empat lantai yang runtuh sambil menggendong bayi mungil yang tertutup debu.
Pria kedua berlari ke arah pria pertama membawa selimut untuk mencoba menghangatkan bayi yang baru lahir di suhu di bawah nol derajat. Sementara pria ketiga berteriak meminta mobil untuk membawanya ke rumah sakit.
Sang bayi dibawa untuk dirawat di kota terdekat Afrin. Sementara anggota keluarga menghabiskan beberapa jam berikutnya untuk memulihkan jenazah ayahnya, Abdullah, ibunya, Afraa serta empat saudara kandung dan seorang bibi.
Tubuh mereka dibaringkan di lantai rumah kerabat yang berdekatan menjelang pemakaman bersama yang diadakan pada Selasa 7 Februari 2023.
Di ruangan remang-remang, Suwadi menatap mayat-mayat tak bernyawa itu dan mencatat nama-nama mereka.
"Kami mengungsi dari (kota timur yang dikuasai pemerintah) Deir Ezzor. Abdullah adalah sepupu saya dan saya menikah dengan saudara perempuannya," kata Suwadi.
Bayi itu ditemukan dalam kondisi selamat dan masih terikat tali pusar ke ibunya. Sang ibu pun diketahui meninggal akibat guncangan gempa Senin 6 Februari 2023.
“Bayi itu adalah satu-satunya yang selamat dari keluarga terdekatnya, yang semuanya tewas ketika gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo melanda Turki dan mempengaruhi Suriah. Gempa telah meratakan rumah keluarga di Kota Jindayris yang dikuasai pemberontak,” kata pihak keluarga, Khalil al-Suwadi, seperti dikutip AFP, Rabu 8 Februari 2023.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kami mendengar suara saat sedang menggali. Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh), jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit,” sebut Suwadi.
Baca: Tim Penyelamat Internasional Mulai Berdatangan ke Turki. |
Video penyelamatan itu viral di media sosial. Rekaman itu menunjukkan seorang pria berlari dari puing-puing bangunan empat lantai yang runtuh sambil menggendong bayi mungil yang tertutup debu.
Pria kedua berlari ke arah pria pertama membawa selimut untuk mencoba menghangatkan bayi yang baru lahir di suhu di bawah nol derajat. Sementara pria ketiga berteriak meminta mobil untuk membawanya ke rumah sakit.
Sang bayi dibawa untuk dirawat di kota terdekat Afrin. Sementara anggota keluarga menghabiskan beberapa jam berikutnya untuk memulihkan jenazah ayahnya, Abdullah, ibunya, Afraa serta empat saudara kandung dan seorang bibi.
Tubuh mereka dibaringkan di lantai rumah kerabat yang berdekatan menjelang pemakaman bersama yang diadakan pada Selasa 7 Februari 2023.
Di ruangan remang-remang, Suwadi menatap mayat-mayat tak bernyawa itu dan mencatat nama-nama mereka.
"Kami mengungsi dari (kota timur yang dikuasai pemerintah) Deir Ezzor. Abdullah adalah sepupu saya dan saya menikah dengan saudara perempuannya," kata Suwadi.
Waktu hampir habis
Rumah keluarga itu adalah salah satu dari sekitar 50 rumah di Jindayris yang rata dengan tanah akibat gempa, lapor seorang koresponden AFP.
Di seluruh Suriah, lebih dari 2.470 orang tewas, selain lebih dari 5.894 tewas di Turki. Kota-kota yang dikuasai pemberontak juga mencatat sekitar 800 orang tewas.
Di dalam inkubator di rumah sakit di Afrin, bayi yang baru lahir dihubungkan ke infus, tubuhnya terluka, dan perban melilit tangan kirinya.
Dahi dan jari-jarinya masih membiru karena kedinginan saat dokter anak, Hani Maarouf memantau bagian vitalnya.
"Dia sekarang stabil," ucap Dokter Maarouf tetapi mencatat bahwa dia tiba dalam kondisi buruk.
"Dia mengalami beberapa memar dan luka di sekujur tubuhnya," katanya kepada AFP.
"Dia juga datang dengan hipotermia karena cuaca yang sangat dingin. Kami harus menghangatkannya dan memberikan kalsium,” jelasnya.
Jindayris direbut oleh Turki dan proksi pemberontak Suriahnya dalam serangan 2018 yang mengusir pasukan Kurdi dari wilayah Afrin.
Terputus dari wilayah yang dikuasai pemerintah, wilayah ini sangat bergantung pada bantuan dari Turkiye dan kekurangan keahlian atau tenaga untuk melakukan tanggap darurat yang efektif sendiri.
Dengan LSM Turki disibukkan dengan upaya penyelamatan melintasi perbatasan, pencarian korban selamat di kota-kota Suriah seperti Jindayris telah ditunda.
Menurut kelompok penyelamat White Helmets, yang beroperasi di daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah, lebih dari 210 bangunan telah rata dengan tanah di daerah tersebut.
520 lainnya sebagian hancur, sementara ribuan lainnya rusak, katanya.
"Kami mengimbau semua organisasi kemanusiaan dan badan internasional untuk memberikan dukungan dan bantuan material," ujar White Helmets di Twitter.
"Waktu hampir habis. Ratusan orang masih terperangkap di bawah reruntuhan. Setiap detik bisa berarti menyelamatkan hidup,” pungkas White Helmets.
Sementara itu, angka kematian akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,8 di Turki dan Suriah telah melewati 8.300 hingga Rabu ini. Korban tewas di Turki dikonfirmasi mencapai 5.894, sedangkan di Suriah 2.470
Total gabungan korban tewas gempa Turki dan Suriah sejauh ini mencapai 8.364 dengan ribuan lainnya terluka dan banyak yang masih dinyatakan hilang.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Di seluruh Suriah, lebih dari 2.470 orang tewas, selain lebih dari 5.894 tewas di Turki. Kota-kota yang dikuasai pemberontak juga mencatat sekitar 800 orang tewas.
Di dalam inkubator di rumah sakit di Afrin, bayi yang baru lahir dihubungkan ke infus, tubuhnya terluka, dan perban melilit tangan kirinya.
Dahi dan jari-jarinya masih membiru karena kedinginan saat dokter anak, Hani Maarouf memantau bagian vitalnya.
"Dia sekarang stabil," ucap Dokter Maarouf tetapi mencatat bahwa dia tiba dalam kondisi buruk.
"Dia mengalami beberapa memar dan luka di sekujur tubuhnya," katanya kepada AFP.
"Dia juga datang dengan hipotermia karena cuaca yang sangat dingin. Kami harus menghangatkannya dan memberikan kalsium,” jelasnya.
Jindayris direbut oleh Turki dan proksi pemberontak Suriahnya dalam serangan 2018 yang mengusir pasukan Kurdi dari wilayah Afrin.
Terputus dari wilayah yang dikuasai pemerintah, wilayah ini sangat bergantung pada bantuan dari Turkiye dan kekurangan keahlian atau tenaga untuk melakukan tanggap darurat yang efektif sendiri.
Dengan LSM Turki disibukkan dengan upaya penyelamatan melintasi perbatasan, pencarian korban selamat di kota-kota Suriah seperti Jindayris telah ditunda.
Menurut kelompok penyelamat White Helmets, yang beroperasi di daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah, lebih dari 210 bangunan telah rata dengan tanah di daerah tersebut.
520 lainnya sebagian hancur, sementara ribuan lainnya rusak, katanya.
"Kami mengimbau semua organisasi kemanusiaan dan badan internasional untuk memberikan dukungan dan bantuan material," ujar White Helmets di Twitter.
"Waktu hampir habis. Ratusan orang masih terperangkap di bawah reruntuhan. Setiap detik bisa berarti menyelamatkan hidup,” pungkas White Helmets.
Sementara itu, angka kematian akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,8 di Turki dan Suriah telah melewati 8.300 hingga Rabu ini. Korban tewas di Turki dikonfirmasi mencapai 5.894, sedangkan di Suriah 2.470
Total gabungan korban tewas gempa Turki dan Suriah sejauh ini mencapai 8.364 dengan ribuan lainnya terluka dan banyak yang masih dinyatakan hilang.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id