Delegasi yang dipimpin Duta Besar Indonesia untuk Kesultanan Oman dan Republik Yaman, Y.M Mohamad Irzan Djohan, bertemu dengan Wakil Gubernur Provinsi Mukalla, Amer bin Habrish Al-Ally, dan Rektor Universitas Al Ahgaff, Prof Abdullah bin Muhammad Baharun.
Dalam pertemuan tersebut dibicarakan hubungan dan kerja sama kedua negara. Isu utama yang muncul adalah mengenai rencana pembentukan Konjen/Konsulat RI di Mukalla, Yaman.
Rencana tersebut mendapat respons positif dari Wakil Gubernur Mukalla dan Rektor Al Ahgaff. Hal tersebut didasari kebutuhan pelayanan dan perlindungan bagi 2.700 warga negara Indonesia (WNI) yang sebagian besar merupakan para pelajar.
Di sisi lain terdapat pula kebutuhan peningkatan kerja sama, baik di bidang ekonomi, sosial maupun budaya antar kedua negara.
Dukungan juga datang dari sejumlah tokoh masyarakat di Tarim dan Mukalla, antara lain Pengasuh Pondok Pesantren Darul Musthafa, Habib Umar bin Hafiz, Direktur Fakultas Syariah Universitas Al Ahgaff, Dr Abdullah bin Smith, dan pimpinan Pondok Pesantren Ribath Tarim, Habib Alwin bin Hasan Al Shatiry.
Semenjak konflik berkecamuk di Yaman tahun 2015, KBRI Sanaa di ibu kotan Yaman tutup untuk sementara waktu. Tugas dan fungsinya saat ini dirangkap KBRI Muscat di Oman.
Mengingat situasi konflik dan jarak tempuh yang jauh untuk mencapai Yaman, pelayanan WNI dibantu untuk sementara waktu oleh Satgas Perlindungan KBRI Muscat yang terdiri dari para mahasiswa Indonesia di Yaman.
Baca: Pelajar Indonesia Diminta Tunda Studi di Yaman
Namun demikian, pelayanan dan perlindungan sulit dilakukan mengingat keterbatasan kapasitas SDM, legitimasi, dan fasilitas kantor Satgas.
Kasus overstay pelajar dan perselisihan pekerja migran Indonesia dengan majikan, misalnya, sulit difasilitasi secara langsung oleh pihak KBRI di Muscat sehingga penyelesaian kasusnya memerlukan waktu yang lebih lama dari biasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News