Belakangan, Pangeran Mohammed bin Salman atau biasa disapa MBS, menyoroti pentingnya AS sebagai mitra strategis Arab Saudi.
"Kami sepakat dengan 90 persen dari semua kebijakan Presiden (Joe) Biden," kata MBS dalam wawancara yang ditayangkan di Al Arabiya English pada Selasa kemarin.
"Diharapkan hubungan (AS-Saudi) ini dapat terus ditingkatkan," sambungnya, dilansir dari laman Sputnik pada Rabu, 28 April 2021.
Dalam wawancaranya, MBS membicarakan mengenai Visi Arab Saudi 2030. Salah satu poin dalam visi kerajaan yang menjadi perhatian khusus adalah mendukung gerakan global dalam memerangi perubahan iklim.
Saudi adalah eksportir minyak mentah terbesar di dunia, namun MBS telah mengumumkan langkah-langkah kerajaan untuk mengurangi emisi karbon dengan mendorong penggunaan energi terbarukan di bawah standar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Ia mengumumkan bahwa Arab Saudi akan menjual 1 persen saham dari Saudi Aramco, perusahaah minyak terbesar di dunia.
"AS adalah mitra strategis kerajaan. Mereka adalah mitra kami selama lebih dari 80 tahun, dan hal ini juga berdampak besar bagi AS," sebut MBS, merujuk pada meningkatnya harga minyak dan gas.
Hubungan AS dan Saudi sempat terguncang kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. MBS sebelumnya mengaku siap bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut, namun membantah terlibat di dalamnya.
Pemerintahan Biden bersuara keras atas kasus ini, dan pernah berjanji untuk menyeret pelakunya ke hadapan hukum.
Namun pada akhirnya Biden menahan diri dan tidak secara spesifik melayangkan hukuman kepada MBS, meski sejumlah bukti kuat telah mengaitkan sang pangeran dengan kematian Khashoggi.
Baca: Pembunuhan Khashoggi: Dilema dan Kalibrasi Biden
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News