"Masa jabatan 2019 adalah masa jabatan kedua dan terakhir saya," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi, dilansir dari BBC, Selasa, 4 Juli 2023.
Desas-desus dia akan mencoba memperpanjang cengkeraman kekuasaannya telah memicu kerusuhan beberapa kali sejak 2021, dengan puluhan orang tewas.
Oposisi menyerukan protes baru jika Sall memutuskan untuk mencalonkan diri lagi, yang menurut sebagian besar pakar hukum akan melanggar konstitusi.
Dalam pidatonya pada Senin malam, Sall (61), mengatakan, "Ada banyak spekulasi dan komentar tentang pencalonan saya pada pemilihan ini."
"Keputusan saya, dipertimbangkan dengan hati-hati tidak mencalonkan diri sebagai kandidat dalam pemilihan mendatang," ucap Sall.
"Senegal lebih dari saya, dan penuh dengan pemimpin yang cakap untuk pembangunan negara," tambahnya.
Baru-baru ini ada kemarahan di Senegal atas hukuman dua tahun penjara terhadap pemimpin oposisi Ousmane Sonko karena kejahatan "merusak pemuda".
Pria berusia 48 tahun itu dinyatakan bersalah atas tindakan tidak bermoral terhadap seseorang yang berusia di bawah 21 tahun, tetapi dibebaskan dari tuduhan pemerkosaan.
Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di beberapa kota dan sedikitnya 16 orang tewas.
Sonko membantah melakukan kesalahan, dan para pendukungnya mengatakan persidangan itu adalah taktik politik untuk mendiskualifikasi dia dari mengikuti pemilihan presiden.
Sementara itu, Sall menjabat sejak 2012. Pada 2016, dia mengubah konstitusi untuk menetapkan batas presiden dua periode. Tetapi para pendukungnya berpendapat dia masih bisa mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga karena yang pertama berada di bawah konstitusi sebelumnya.
Spekulasi bahwa dia akan mencoba mempertahankan kekuasaan telah merusak reputasi Senegal sebagai negara demokrasi yang relatif stabil di wilayah Afrika Barat yang bergolak.
Baca juga: Presiden Senegal Tunjuk PM Baru dari Kalangan Teknokrat
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News