Tripoli: Tokoh politik yang bersaingan di Libya pada Minggu bertukar tuduhan atas bentrokan mematikan di Tripoli. Bentrokan ini adalah yang terburuk di ibukota sejak gencatan senjata penting tahun 2020 dan yang memicu kekhawatiran akan konflik baru yang besar.
Kementerian kesehatan mengatakan 32 orang tewas dan 159 terluka dalam pertempuran antara kelompok bersenjata yang saling bersaing yang dimulai Jumat malam dan berlanjut hingga Sabtu. Bentrokan itu juga menyebabakn terbakarnya gedung-gedung dan merusak beberapa rumah sakit.
Pertempuran itu terjadi setelah berbulan-bulan meningkatnya ketegangan antara pendukung Abdulhamid Dbeibah dan Fathi Bashagha, yang pemerintahannya bersaing untuk menguasai negara Afrika Utara yang kaya minyak itu.
Dbeibah, yang pemerintahannya ditempatkan di Tripoli di barat negara itu sebagai bagian dari proses perdamaian yang dipimpin PBB tahun lalu, menuduh saingannya menanggapi "agenda asing".
Media lokal dan para ahli mengatakan Bashagha telah gagal dalam upaya keduanya untuk mengusir saingannya dari ibukota dalam tiga bulan.
Dalam pidato video Minggu malam, Dbeibah mengecam "penjahat" dan "putschist" yang "memerangi ibu kota dengan tank dan senjata berat".
“Saya bersumpah untuk mengejar semua yang terlibat dan memindahkan markas beberapa kelompok bersenjata di luar pusat kota,” tegas Dbeibah, seperti dikutip AFP, Senin 29 Agustus 2022.
Kementerian kesehatan mengatakan 32 orang tewas dan 159 terluka dalam pertempuran antara kelompok bersenjata yang saling bersaing yang dimulai Jumat malam dan berlanjut hingga Sabtu. Bentrokan itu juga menyebabakn terbakarnya gedung-gedung dan merusak beberapa rumah sakit.
Pertempuran itu terjadi setelah berbulan-bulan meningkatnya ketegangan antara pendukung Abdulhamid Dbeibah dan Fathi Bashagha, yang pemerintahannya bersaing untuk menguasai negara Afrika Utara yang kaya minyak itu.
Baca: Pertempuran Berdarah di Ibu Kota Libya Tewaskan 23 Orang. |
Dbeibah, yang pemerintahannya ditempatkan di Tripoli di barat negara itu sebagai bagian dari proses perdamaian yang dipimpin PBB tahun lalu, menuduh saingannya menanggapi "agenda asing".
Media lokal dan para ahli mengatakan Bashagha telah gagal dalam upaya keduanya untuk mengusir saingannya dari ibukota dalam tiga bulan.
Dalam pidato video Minggu malam, Dbeibah mengecam "penjahat" dan "putschist" yang "memerangi ibu kota dengan tank dan senjata berat".
“Saya bersumpah untuk mengejar semua yang terlibat dan memindahkan markas beberapa kelompok bersenjata di luar pusat kota,” tegas Dbeibah, seperti dikutip AFP, Senin 29 Agustus 2022.