Sebuah pernyataan dari istana kerajaan mengatakan bahwa sang raja berbicara kepada delegasi, yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas, bahwa Yordania "akan selalu bersamamu."
"Merupakan kewajiban bagi setiap Muslim untuk mencegah eskalasi Israel terhadap situs-situs suci di Yerusalem," kata Raja Abdullah II, seperti dikutip dari laman Al Arabiya News, Senin, 3 April 2023.
Pertemuan di Amman terjadi menyusul ketegangan terkait Israel atas pernyataan seorang menterinya yang menyangkal eksistensi Palestina beserta warganya. Pertemuan juga berlangsung di tengah kekhawatiran akan meningkatnya konflik antara Israel dan Palestina selama bulan Ramadan.
Dalam pertemuan, Raja Abdullah II menggembar-gemborkan komitmen lama untuk menjaga "perdamaian dan harmoni" di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem – situs tersuci ketiga bagi agama Islam yang dikelola Yordania.
Raja Abdullah juga memuji upaya "orang-orang Yerusalem dalam untuk melindungi" tempat-tempat suci dan "menekankan perlunya menghentikan pengusiran umat Kristen, serta serangan berulang terhadap gereja, tokoh agama, dan properti Kristen di Yerusalem," menurut pernyataan istana.
Jumat lalu, Kepolisian Israel menembak mati seorang mahasiswa kedokteran Arab Israel di kompleks tersebut. Pasukan Israel mengeklaim bahwa mahasiswa bernama Mohammed al-Asibi itu telah mengambil dan menembakkan senjata petugas, sebuah klaim yang ditolak pihak keluarga.
Di hari yang sama, para pemimpin gereja di Yerusalem mengimbau pemerintah Israel untuk memastikan umat Kristen dapat beribadah dengan bebas menjelang dan selama Paskah. Mereka mengungkapkan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan selama setahun terakhir.
Selama pertemuan pada hari Minggu, Raja Abdullah II "meminta masyarakat internasional untuk mengambil sikap menentang pernyataan eksklusif dan rasis yang dibuat baru-baru ini oleh beberapa pejabat Israel."
Bulan lalu, Kementerian Luar Negeri Yordania mengatakan telah memanggil Duta Besar Israel untuk menerima "surat protes dengan kata-kata keras" menyusul pidato Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich. Dalam sebuah acara di Paris, Smotrich mengatakan bahwa "tidak ada yang namanya warga Palestina."
Ia berbicara dari podium yang menampilkan peta yang disebut Israel Raya, termasuk wilayah Tepi Barat dan Yordania yang diduduki.
Pada 1994, Yordania menjadi negara Arab kedua yang mengakui dan menandatangani perjanjian damai dengan negara tetangga Israel, setelah Mesir.
Baca juga: Diklaim Wilayahnya Masuk ke Israel, Yordania Marah Besar
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News