Berbicara di saluran televisi al-Hadath TV, Jenderal Yassir Al Atta dari Dewan Kedaulatan Sudan mengakui bahwa normalisasi dengan Israel adalah salah satu syarat AS. Khartoum harus mau menormalisasi hubungan dengan Israel, dan sebagai gantinya, AS menghapus Sudan dari daftar negara pendukung terorisme.
Baca: PM Sudan Berterima Kasih kepada Trump Terkait Daftar Teror
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Atta mengatakan keputusan menormalisasi hubungan dengan Israel tidak akan melukai siapapun di Sudan. Ia menyebut keputusan itu diambil usai berlangsungnya diskusi panjang mengenai perlindungan terhadap kepentingan masyarakat Sudan.
"Kami dipaksa memilih ini, tapi kami tahu tidak akan ada hal yang dapat mengganggu masyarakat kami," kata Atta.
"Sejak 1948, kami telah berperang bersama negara-negara Arab dalam berbagai pertempuran untuk meraih hak-hak kami. Tapi sekarang, kami menyimpulkan bahwa semua negara Arab tidak sedang berperang dengan Israel," sambungnya, dilansir dari laman VOA pada Senin, 26 Oktober 2020.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Sudan dan Israel akan segera menormalisasi hubungan. Selain Sudan, Trump mengatakan "setidaknya lima negara" Arab lainnya menginginkan perjanjian normalisasi hubungan dengan Israel.
Pemerintah Sudan, Israel, dan juga AS mengeluarkan pernyataan gabungan mengenai normalisasi ini. Ketiganya menyebut bahwa delegasi masing-masing negara akan bertemu "dalam beberapa pekan ke depan."
Yordania menandantangani perjanjian damai dengan Israel di tahun 1994, dan Mesir melakukannya pada 1979. Mauritania, negara anggota Liga Afrika Arab, mengakui Israel di tahun 2009 namun memutus hubungan 10 tahun kemudian.
Uni Emirat Arab dan Bahrain telah menormalisasi hubungan dengan Israel, yang memicu kecaman dari sejumlah pihak, terutama Palestina.
(WIL)