Menurut pernyataan tertulis dari Kepresidenan Tunisia, Saied mengeluarkan dekrit yang melarang orang dan kendaraan dari jalan-jalan mulai pukul 7.00 malam hingga pukul 6.00 pagi mulai Senin malam hingga 27 Agustus.
Baca: Turki Kecam Keras 'Kudeta' yang Dilakukan Presiden Tunisia.
Keputusan tersebut juga melarang pertemuan lebih dari tiga orang di jalan umum dan di alun-alun.
“Presiden juga menangguhkan pekerjaan di lembaga-lembaga publik kecuali tentara dan polisi untuk jangka waktu dua hari sejak Selasa,” menurut isi dari pernyataan itu, yang dikutip AFP, Selasa 27 Juli 2021.
Sebelumnya pada pidato yang disiarkan televisi Minggu, Saied mengatakan dia akan menangguhkan kekebalan semua anggota parlemen dan mengambil alih kantor kejaksaan.
Dia mengklaim bahwa dia telah mengambil keputusan setelah berkonsultasi dengan Perdana Menteri Hichem Mechichi dan Ketua Parlemen Rached Ghannouchi. Saied juga memberhentikan pemerintahan Perdana Menteri Mechichi dan mengambil alih kekuasaan eksekutif dengan bantuan perdana menteri baru.
Ghannouchi, pada bagiannya, menggambarkan gerakan Saied sebagai "kudeta penuh" terhadap konstitusi Tunisia, revolusi dan kebebasan di negara itu.
Tunisia telah dicengkeram oleh krisis yang mendalam sejak 16 Januari, ketika Mechichi mengumumkan perombakan kabinet tetapi Saied menolak untuk mengadakan upacara pelantikan menteri baru. Negara itu juga menghadapi penyebaran covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya di sebagian besar negara bagian.
Tunisia dipandang sebagai satu-satunya negara Arab yang berhasil melakukan transisi demokrasi di antara negara-negara lain. Di saat bersamaan mereka juga menyaksikan revolusi rakyat yang menggulingkan rezim yang berkuasa, termasuk Mesir, Libya dan Yaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News