Sejumlah negara dan tokoh global telah mengecam keras pembunuhan tersebut.
"Siapapun yang berada di balik pembunuhan Fakhrizadeh akan membayar harga yang harus dibayar, baik cepat maupun lambat," kata Khalil al-Hayya, anggota biro politik Hamas pada Minggu, 6 Desember.
"Mereka yang berani bermain api, akan terbakar oleh api yang sama," sambungnya, dilansir dari laman Arutz Sheva pada Senin, 7 Desember 2020.
Iran menuding Israel berada di balik pembunuhan Fakhrizadeh. Namun sejauh ini, Israel belum berkomentar secara terbuka mengenai tuduhan tersebut.
Wakil komandan Korps Garda Revolusioner Iran (IRGC), Laksamana Muda Ali Fadavai, mengatakan bahwa dirinya meyakini senapan mesin yang dikendalikan satelit telah membunuh ilmuwan Fakhrizadeh. Senjata itu diyakininya dioperasikan dengan ‘kecerdasan buatan’ atau Artificial Intelligence (AI).
Baca: Ilmuwan Iran Dibunuh dengan Senapan Mesin Dikendalikan Satelit
Sementara itu mengenai Israel, al-Hayya kembali melontarkan kecamannya terhadap rencana Otoritas Palestina (PA) yang hendak melanjutkan kembali koordinasi dengan Israel di bidang keamanan dan kemanusiaan.
Dalam sebuah wawancara dengan situs Hamas, al-Hayya mengatakan negosiasi antara PA dan Israel selama lebih dari seperempat abad belum juga berujung pada realisasi hak-hak masyarakat Palestina. Oleh karena itu, ia menilai kelanjutan koordinasi dengan Israel hanya akan berakhir sia-sia.
Hamas menilai rencana kelanjutan koordinasi hanya sebuah alasan dari PA untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
"Kami meminta PA untuk tidak mengandalkan Biden dan tokoh lainnya," unkap pernyataan pada November lalu, merujuk pada presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News