Dilansir dari laman CGTN, saluran televisi nasional menayangkan siaran langsung pelantikan Assad di Istana Rakyat kediaman resmi presiden di ibu kota Damaskus.
Pria 55 tahun itu telah meraih 95,1 persen suara dalam pilpres Mei lalu. Sekitar 14 juta dari 18 juta pemilih terdaftar di dalam dan luar Suriah telah memberikan suara mereka, dengan tingkat keikutsertaan mencapai lebih dari 78 persen.
Kemenangan Assad sudah dapat diantisipasi karena beberapa kompetitornya adalah tokoh oposisi yang tidak begitu dikenal.
Konflik berkepanjangan di Suriah sejak 2011 telah menewaskan sekitar 400 ribu orang dan membuat lebih dari separuh populasi negara tersebut kehilangan tempat tinggal.
Pemilu Suriah pada Mei lalu merupakan yang kedua selama berlangsungnya perang sipil. Pemilu sebelumnya pada 2014 dipandang tidak demokratis dan tidak sah oleh oposisi Suriah, Amerika Serikat, dan juga Uni Eropa. Pemilu Suriah 2014 berakhir dengan kemenangan telak Assad di angka 92 persen.
Dalam pemilu tersebut, Suriah untuk kali pertama mengizinkan tokoh selain keluarga Assad untuk mencalonkan diri. Namun dua capres kala itu tidak terlalu dikenal masyarakat Suriah.
Perang sipil di Suriah bermula dari unjuk rasa damai pro-demokrasi. Namun pasukan keamanan Suriah melakukan tindakan represif terhadap demonstran, yang kemudian memicu kubu oposisi mengangkat senjata dan memerangi pemerintah.
Baca: Iran Sebut Kemenangan Assad Langkah Besar Menuju Perdamaian
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News