Pengaturan yang dinilai aneh saat pertemuan Presiden Komisi Uni Eropa dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: Euronews
Pengaturan yang dinilai aneh saat pertemuan Presiden Komisi Uni Eropa dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: Euronews

PM Draghi Sebut Erdogan Diktator, Kemenlu Turki Panggil Dubes Italia

Fajar Nugraha • 09 April 2021 06:49
Ankara: Kementerian Luar Negeri Turki langsung memanggil Duta Besar Italia di Ankara Massimo Gaiani, usai Perdana Menteri Italia Mario Draghi menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai diktator.
 
Draghi, berbicara kepada wartawan di Roma pada Kamis mengatakan, Erdogan termasuk di antara kategori ‘diktator’ yang harus bekerja sama dengan para pemimpin Eropa. Saat itu Draghi mengkritik Erdogan atas insiden protokol yang melibatkan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen selama kunjungan di Ankara.
 
Baca: Insiden Pengaturan Duduk Presiden Komisi Uni Eropa, Erdogan Disebut Diktator.

Von der Leyen bertemu dengan Erdogan dalam kunjungan ke Ankara pada Selasa, bersama dengan Kepala Dewan Eropa Charles Michel, untuk membahas hubungan antara Turki dan Uni Eropa. Setelah memasuki ruangan untuk berdiskusi, tayangan TV menunjukkan bahwa hanya sudah disiapkan dua kursi untuk tiga peserta utama.
 
Saat Erdogan dan Michel menempati dua kursi panggung tengah, Von der Leyen dibiarkan duduk di sofa yang berdekatan. Padahal Von der Leyen dan Michel memiliki kepangkatan yang seimbang.
 
“Pengaturan tempat duduk itu sejalan dengan permintaan UE,” Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan setelah insiden itu menyebabkan kekacauan diplomatik dan media, seperti dikutip The Globe and Mail, Jumat 9 April 2021.
 
Cavusoglu juga mengutuk komentar Draghi tentang Erdogan melalui tweet pada Kamis malam.
 
"Kami sangat mengutuk pernyataan populis yang tidak dapat diterima dari Perdana Menteri Italia Draghi. Pernyataannya sangat buruk dan tidak pada tempatnya tentang presiden terpilih kami," katanya.
 
Juru Bicara Kepala Komisi Uni Eropa Eric Mamer mengatakan, pada Rabu bahwa Von der Leyen ‘terkejut’ dengan pengaturan tersebut. “Tetapi dia memutuskan untuk tetap melanjutkan, memprioritaskan substansi daripada protokol,” tegas Mamer.
 
Insiden itu terjadi hanya beberapa minggu setelah Erdogan menarik Turki keluar dari konvensi utama Eropa yang bertujuan memerangi kekerasan terhadap perempuan. Langkah tersebut merupakan pukulan bagi gerakan hak-hak wanita Turki, yang mengatakan kekerasan dalam rumah tangga dan pembunuhan wanita sedang meningkat.
 
Selama kunjungannya ke Ankara, von der Leyen menyerukan agar Erdogan membatalkan keputusannya untuk menarik diri dari Konvensi Istanbul - dinamai sesuai nama kota Turki tempat penandatanganannya pada 2011.
 
Turki adalah calon anggota UE, tetapi negosiasinya dengan blok Eropa tentang keanggotaan telah terhenti sejak 2016.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan