Dalam sebuah studi terbaru yang didukung PBB, ditemukan fakta bahwa sekitar 353 ribu orang di Tigray hidup di tengah "krisis parah" usai pertempuran sengit kedua kubu.
Pemerintah Ethiopia membantah studi tersebut, dengan mengatakan bahwa bantuan terus mengalir ke Tigray.
Menurut studi PBB yang dirilis pada Kamis kemarin, disebutkan bahwa situasi seputar makanan di Tigray telah mencapai ke level "bencana." Level ini didefinisikan sebagai kondisi di mana kelaparan yang menewaskan sekelompok kecil warga dapat meluas ke area-area lain.
UNICEF menyerukan agar bantuan kemanusiaan disalurkan secara lebih merata lagi, terutama ke wilayah-wilayah terpencil di Tigray.
"Meski angka 353 ribu tidak memenuhi ambang batas untuk deklarasi bencana kelaparan, janganlah kita bermain dengan terminologi di saat ada orang-orang di luar sana yang kelaparan," tutur juru bicara UNICEF James Elder, dikutip dari laman BBC pada Jumat, 11 Juni 2021.
Ia menambahkan bahwa sekitar 33 ribu anak-anak dan bayi di Tigray berisiko meninggal akibat malnutrisi dan kelaparan. Sementara dua juta warga lainnya diklasifikasikan sebagai kelompok yang nyaris jatuh ke level "krisis parah."
Ethiopia telah membantah klaim yang disampaikan Kepala Kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, bahwa terjadi bencana kelaparan di wilayah utara negara tersebut. Ethiopia berkukuh bantuan kemanusiaan terus diperluas di Tigray seiring upaya pemulihan keamanan di seantero kawasan.
Baca: UNICEF Menyoroti Dampak Perang Suriah Terhadap Anak-anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News