Habib Chaab adalah pendiri kelompok separatis yang menyerukan kemerdekaan bagi etnis Arab di provinsi Khuzestan barat daya Iran.
Dia tinggal di pengasingan di Swedia selama satu dekade, ketika dia diculik oleh agen Iran di Turki pada 2020.
Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom mengatakan, pemerintahnya mendesak Iran untuk tidak mengeksekusi Chaab.
"Hukuman mati adalah hukuman yang tidak manusiawi dan tidak dapat diubah dan Swedia, bersama dengan anggota Uni Eropa lainnya, mengutuk penerapannya dalam segala keadaan," katanya, dilansir dari BBC, Sabtu, 6 Mei 2023.
Pengadilan Iran menuduh Chaab memimpin Harakat al-Nidal, atau Gerakan Perjuangan Arab untuk Pembebasan Ahvaz, yang menurut Iran adalah kelompok teroris di balik serangan di barat daya negara itu.
Provinsi kaya minyak itu memiliki minoritas Arab besar yang telah lama mengeluhkan marjinalisasi dan diskriminasi, yang dibantah Teheran.
Serangan tahun 2018 terhadap parade militer di kota Ahvaz, orang-orang bersenjata melepaskan tembakan ke pasukan Pengawal Revolusi. Insiden ini menewaskan 25 orang termasuk tentara dan warga sipil yang menonton parade tersebut.
Baca juga: Eksekusi Mati di Iran Sepanjang 2022 Melonjak Hingga 582
Chaab dilaporkan dibujuk ke Istanbul untuk bertemu dengan seorang perempuan sebelum diculik dan diselundupkan ke Iran, dalam sebuah operasi yang kabarnya didalangi oleh bos kejahatan Iran terkenal yang berbasis di Turki.
Pejabat Iran belum memberikan rincian tentang bagaimana Chaab ditangkap. Begitu berada di Iran, TV pemerintah menunjukkan dia tampak mengaku terlibat dalam serangan 2018.
Dia dihukum karena "korup di bumi", sebuah pelanggaran berat.
Jaksa mengatakan Chaab telah terlibat dalam serangan sejak 2005 "di bawah perlindungan dua layanan mata-mata, termasuk Mossad dan Sapo", yang merupakan agen mata-mata Israel dan Swedia.
Mereka menuduh bahwa pemimpin kelompok lainnya berbasis di Denmark, Belanda dan Swedia dan kelompok tersebut menerima dukungan keuangan dan logistik dari Arab Saudi.
Awal tahun ini saingan regional Iran dan Arab Saudi setuju untuk memulihkan hubungan diplomatik, tujuh tahun setelah memutuskan mereka dalam pertikaian sengit.
Iran telah menangkap puluhan warga Iran dengan kewarganegaraan ganda atau tempat tinggal permanen asing dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar atas tuduhan mata-mata dan keamanan nasional.
Pengadilannya mengatakan dua warga negara ganda lainnya telah dijatuhi hukuman mati atau dieksekusi atas tuduhan keamanan sepanjang tahun ini.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News