Hamas memicu konflik ketika kelompok tersebut melakukan serangan paling mematikan terhadap Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang. Setelah melakukan serangan, Hamas menyandera sekitar 240 orang saat kembali ke Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, Israel membalas dengan serangan militer yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menewaskan sedikitnya 17.997 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Serangan Israel pada Senin menghantam kota Khan Younis, seorang koresponden AFP melaporkan. Sementara pejuang Palestina Jihad Islam mengatakan, mereka telah meledakkan sebuah rumah di mana tentara Israel sedang mencari terowongan.
Baca: Netanyahu Klaim Puluhan Militan Hamas Menyerah. |
Tentara melaporkan tembakan roket dari Gaza ke Israel pada Senin, dan mengatakan pertempuran sengit telah terjadi pada Minggu di sekitar Kota Gaza dan Khan Younis.
Hamas pada Minggu memperingatkan bahwa Israel tidak akan menerima “tahanan mereka hidup-hidup tanpa pertukaran dan negosiasi serta memenuhi tuntutan perlawanan”.
Israel mengatakan masih ada 137 sandera di Gaza. Sementara para aktivis mengatakan sekitar 7.000 warga Palestina berada di penjara Israel.
Pengeboman dan bentrokan hebat selama berbulan-bulan telah menyebabkan sistem kesehatan di Gaza berada di ambang kehancuran, dengan sebagian besar rumah sakit tidak lagi berfungsi dan hampir dua juta orang mengungsi.
AFP mengunjungi reruntuhan rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza yang dibom dan menemukan setidaknya 30.000 orang berlindung di tengah reruntuhan setelah pasukan Israel menggerebek fasilitas medis tersebut bulan lalu.
“Hidup kami seperti di neraka, tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada tepung, tidak ada roti, tidak ada obat untuk anak-anak yang semuanya sakit,” kata Mohammed Daloul, 38, yang melarikan diri ke sana bersama istri dan tiga anaknya.
Sistem kesehatan hancur
PBB memperkirakan 1,9 juta dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi dari rumah mereka -- sekitar setengahnya adalah anak-anak.Israel telah mendesak masyarakat untuk mencari perlindungan di wilayah selatan. Namun setelah memperluas perang hingga mencakup sasaran di wilayah selatan, hanya ada sedikit tempat yang aman bagi warga sipil untuk dikunjungi.
Organisasi kemanusiaan terus menekan Israel untuk memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap warga sipil dalam konflik tersebut.
Perangkat lunak pemetaan yang digunakan oleh tentara Israel untuk mencoba mengurangi kematian non-pejuang pada hari Minggu dikutuk karena tidak memadai oleh Lynn Hastings, koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina.
“Pernyataan sepihak oleh kekuatan pendudukan bahwa wilayah yang tidak memiliki infrastruktur, makanan, air, layanan kesehatan, atau kebersihan merupakan ‘zona aman’ tidak berarti wilayah tersebut aman,” kata Hastings.
Baca: Israel Perintahkan Lebih Banyak Evakuasi Warga dari Khan Younis Gaza. |
Sedangkan menurut badan kemanusiaan PBB, OCHA hanya 14 dari 36 rumah sakit di Gaza yang berfungsi sesuai kapasitasnya.
“Sistem kesehatan di Gaza berada dalam kondisi terpuruk dan ambruk,” kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, ketika badan tersebut menyerukan pengiriman bantuan segera dan tanpa hambatan.
Kekuatan signifikan
Panglima militer Israel Herzi Halevi mengatakan pada Minggu bahwa pasukannya menggunakan “kekuatan signifikan” di Gaza, dan memuji “pencapaian signifikan” dalam perang tersebut.Militer mengatakan pada Minggu bahwa mereka telah menyerang lebih dari 250 sasaran dalam 24 jam, termasuk “situs komunikasi militer Hamas”, “terowongan bawah tanah” di Gaza selatan, dan pusat komando militer Hamas di Shejaiya di Kota Gaza.
Dikatakan 98 tentara tewas dan sekitar 600 lainnya terluka dalam perang Gaza.
“Sekitar 7.000 pejuang telah terbunuh,” pungkas Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi, tanpa memberikan bukti tentang keberadaan Hamas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News