Kongres Nasional Afrika Selatan, yang kehilangan mayoritas langsung selama 30 tahun dalam pemilihan umum bulan lalu, sepakat membentuk koalisi dengan Aliansi Demokratik, pesaing utamanya.
Mengutip dari laman gzero, Sabtu, 15 Juni 2024, para anggota parlemen juga memilih kembali Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa.
"Hari ini, Afrika Selatan adalah negara yang lebih baik daripada kemarin. Untuk pertama kalinya sejak 1994, kami telah memulai transfer kekuasaan yang damai dan demokratis kepada pemerintahan baru yang akan berbeda dari yang sebelumnya," kata pemimpin Aliansi Demokratik John Steenhuisen.
Koalisi tersebut juga mencakup Partai Kebebasan Inkatha. Tetapi partai uMkhonto weSizwe, atau MK milik mantan Presiden Jacob Zuma, walau meraih 15 persen suara, memboikot negosiasi – seperti yang dilakukan Pejuang Kebebasan Ekonomi sayap kiri.
Mengingat susunan oposisi terhadap koalisi pemerintah yang rapuh, ini adalah awal dari era politik yang tidak pasti bagi Afsel.
Belum dapat dipastikan apakah para mitra di legislatif yang tidak diduga ini mampu menjaga agar koalisi di bawah pimpinan Ramaphosa tetap bersatu.
Nama Afrika Selatan menjadi sorotan dalam beberapa bulan terakhir usai melayangkan gugatan dugaan genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ). Afsel menilai apa yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza adalah genosida.
Baca juga: Afsel Sebut Apartheid Israel Terhadap Palestina Lebih Parah dari yang Mereka Alami
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News