IHR mengatakan bahwa dari angka tersebut, 19 di antaranya anak-anak, dengan jumlah tertinggi berada di provinsi Sistan dan Baluchistan.
Aksi protes di Iran dimulai setelah kematian Mahsa Amini, perempuan yang meninggal saat berada ditahanan polisi moral Iran yang menuduhnya memakai hijab terlalu longgar. Iran mewajibkan perempuan untuk mengenakan hijab yang menutupi rambut mereka sepenuhnya di depan umum.
Keluarga Mahsa Amini mengatakan bahwa korban dipukuli habis-habisan saat berada dalam tahanan, meskipun pejabat Iran mengatakan dia meninggal karena serangan jantung. Hal ini memicu protes di seluruh negeri selama berminggu-minggu yang melibatkan beberapa wanita membakar hijab dan memotong rambut mereka di depan umum.
Sementara itu, Mahmood Amiry-Moghaddam, pendiri IHR yang berbasis di Norwegia, menyerukan pembentukan misi internasional PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk mengadili dan meminta pertanggungjawaban para pemimpin yang campur tangan atas dugaan kematian tersebut.
IHR mengatakan bahwa pengunjuk rasa terkait aksi protes Mahsa Amini telah terbunuh di 17 dari 31 provinsi di Iran, dengan jumlah besar dilaporkan di provinsi Mazandaran, Gilan dan Azerbaijan Barat.
Selain itu, IHR juga mengatakan bahwa empat warga ditembak dan dibunuh dari helikopter militer di utara Zahedan saat mereka mengemudi di mobil dengan atap terbuka pada 3 Oktober lalu.
"Penting untuk dicatat bahwa upaya untuk memverifikasi banyak kematian yang dilaporkan terhambat masalah keamanan dan penutupan akses internet. Dengan demikian, banyak pembunuhan yang dilaporkan masih dalam penyelidikan dan jumlah pasti dari mereka yang terbunuh lebih tinggi, ” ujar kelompok Hak Asasi Manusia Uran dalam pernyataannya, seperti dikutip dari laman The Hill, pada Senin, 10 Oktober 2022.
Sementara itu, aksi protes Mahsa Amini berusaha mendorong kembali apa yang dilihat para pengunjuk rasa sebagai aturan keras berpakaian di Iran
Polisi moral Iran telah meningkatkan penegakan hukum mereka di bawah Presiden Iran, Ebrahim Raisi. Raisi sendiri adalah seorang tokoh garis keras yang mulai menjabat tahun lalu setelah kepergian presiden yang berhalauan moderat.
Tidak hanya Iran, Afghanistan, yang berada di bawah kendali Taliban, adalah satu-satunya negara lain yang secara aktif menegakkan hukum serupa. Sementara itu, Arab Saudi dan negara-negara lain telah melonggarkan pelaksanaan pembatasan berpakaian dalam beberapa tahun terakhir. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
Baca: Marah Disamakan dengan Lalat, Pedemo Teriaki Presiden Iran
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News