Raisi berbicara kepada para profesor dan mahasiswa di Universitas Alzahra di Teheran, membacakan puisi yang menyamakan “perusuh” dengan lalat.
"Mereka membayangkan mereka dapat mencapai tujuan jahat mereka di universitas," kata Raisi, dilansir Malay Mail, Minggu, 9 Oktober 2022.
"Tanpa sepengetahuan mereka, mahasiswa dan profesor kami waspada dan tidak akan membiarkan musuh mewujudkan tujuan jahat mereka," sambungnya.
Sebuah video yang diunggah di Twitter oleh situs web aktivis 1500tasvir menunjukkan apa yang dikatakannya adalah para mahasiswi yang meneriakkan 'Raisi tersesat' dan 'Mullah tersesat' ketika presiden mengunjungi kampus mereka.
Baca juga: Forensik Iran Ungkap Mahsa Amini Meninggal karena Sakit Bukan Dipukul
Pemerintah Iran membantah Mahsa Amini meninggal karena pukulan di kepala dan anggota badan saat dalam tahanan polisi moral. Mereka mengatakan, kematiannya berkaitan dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya.
Kematian Amini yang berusia 22 tahun, seorang Kurdi Iran, telah memicu demonstrasi nasional, menandai tantangan terbesar bagi para pemimpin ulama Iran selama bertahun-tahun.
Para perempuan telah menanggalkan cadar mereka yang bertentangan dengan pendirian ulama. Sementara massa yang marah, menyerukan jatuhnya Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Setelah seruan demonstrasi massal, pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa dan menggunakan gas air mata di kota-kota Kurdi Sanandaj dan Saqez. Di Sanandaj, seorang pria terbaring tewas di dalam mobilnya sementara seorang wanita berteriak "tak tahu malu".
Amini ditangkap di Teheran pada 13 September karena "pakaian yang tidak pantas", dan meninggal tiga hari kemudian. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan, lebih dari 150 orang telah tewas, ratusan terluka dan ribuan ditangkap oleh pasukan keamanan yang menghadapi protes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News