Bagi Pangeran Salman dia melihat Israel sebagai "sekutu potensial" dengan kepentingan bersama, bukan musuh. Tetapi dengan catatan harus menyelesaikan konfliknya dengan Palestina terlebih dahulu.
"Kami tidak melihat Israel sebagai musuh," kata Putra Mahkota selama wawancara dengan The Atlantic, yang teks lengkapnya diterbitkan oleh kantor berita negara Saudi, SPA, pada Kamis, seperti dikutip Middle East Eye, Jumat 4 Maret 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kami memandang mereka sebagai sekutu potensial, dengan banyak kepentingan yang dapat kami kejar bersama. Tetapi kami harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum mencapai itu," tambah sang pangeran.
Pernyataan itu menandai pergeseran halus dari garis resmi Arab Saudi, yang telah lama menyatakan bahwa Israel dan Arab Saudi dapat menjalin hubungan setelah menyelesaikan konfliknya dengan Palestina. Namun mungkin bukan persahabatan.
Terlepas dari tidak adanya hubungan resmi, Arab Saudi setuju pada 2020 untuk mengizinkan penerbangan Israel-UEA melintasi wilayahnya. Pesawat El Al Israel Airlines milik Perdana Menteri Israel Naftali Bennett terbang melalui wilayah udara Saudi ketika ia mengunjungi Abu Dhabi pada Desember.
Berbicara tentang kesepakatan normalisasi dengan Israel yang ditandatangani oleh negara-negara Teluk seperti Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) pada tahun 2020, bin Salman mengatakan, setiap negara memiliki hak untuk melakukan apa yang dianggap bermanfaat.
"Setiap negara memiliki kemerdekaan untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan, berdasarkan pandangan mereka, dan mereka memiliki hak penuh untuk melakukan apa pun yang menurut mereka berguna bagi UEA," kata sosok yang biasa disebut MBS ini, mengomentari kunjungan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett baru-baru ini ke Abu dhabi.