Blinken dilaporkan membuat proposal untuk memfasilitasi diskusi antar Afghanistan dan Taliban, dengan salah satu tujuannya adalah mendorong gencatan senjata. Ia menyarankan pertemuan digelar di Turki.
Dilansir dari Stuff.co.nz pada Selasa, 9 Maret 2021, Blinken juga menuliskan bahwa AS belum dapat memutuskan apakah sisa 2.500 tentara di Afghanistan akan ditarik pada 1 Mei. Afghanistan memandang pernyataan ini sebagai ancaman terselubung.
Dalam suratnya, Biden mengungkapkan kekhawatiran bahwa "situasi keamanan akan memburuk dan Taliban dapat memperoleh keuntungan teritorial dengan cepat" jika pasukan AS ditarik. Ia kemudian meminta Presiden Afghanistan Ashraf Ghani untuk mengambil langkah-langkah cepat terkait situasi saat ini.
Kemenlu AS menolak mengomentari isu surat Blinken, namun mengatakan bahwa "semua opsi masih terbuka" mengenai penarikan pasukan AS serta isu Afghanistan secara keseluruhan.
Baca: Ratusan Ulama Minta Afghanistan dan Taliban Berhenti Berperang
Menanggapi surat Blinken, Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh mengatakan bahwa Washington hanya dapat memutuskan perihal nasib pasukan AS tersisa, bukan nasib 35 juta warga Afghanistan.
"Kami memang butuh perdamaian, tapi bukan perdamaian yang didikte," kata Saleh.
"Kami tidak akan menyerah," tegasnya tanpa mengelaborasi.
Penasihat senior Ghani, Mohammad Mohaqiq, mengatakan bahwa surat Blinken cenderung mendikte pemerintahan Afghanistan. Sementara anggota parlemen Arif Rahmani mengatakan bahwa surat tersebut dapat dikatakan sebagai "perintah sekaligus ancaman."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News