Gerakan unjuk rasa juga dilakukan sekelompok pendukung Saied, yang berkumpul di Habib Bourguiba di hadapan massa oposisi.
Dikutip dari laman Yeni Safak, Senin, 27 September 2021, aparat kepolisian dan pasukan keamanan gabungan dikerahkan ke sejumlah wilayah ibu kota dalam mencegah potensi terjadinya bentrokan antar kedua kubu.
Mereka yang memprotes langkah presiden mendesak Saied untuk menarik kembali langkah-langkahnya. Sementara mereka yang mendukung presiden, menyerukan diberlakukannya sistem presidensial di Tunisia.
Baca: Perkuat Kekuasaan, Presiden Kais Akan Perintah Tunisia Melalui Dekrit
Menurut keterangan sejumlah saksi mata, tidak ada politisi maupun tokoh ternama di jajaran massa pendukung Saied, yang jumlahnya diperkirakan kurang dari 30 orang.
Pada 25 Juli, Saied membubarkan pemerintahan, membekukan parlemen, dan melanjutkan otoritas eksekutif. Meski ia berkukuh semua langkah yang dilakukannya ini bertujuan demi "menyelamatkan" negara, sejumlah kritikus menudingnya sedang melakukan kudeta.
Tunisia disebut-sebut sebagai satu-satunya negara Arab yang sukses menjalani transisi demokratis. Berbeda dengan beberapa negara tetangganya seperti Mesir, Libya, dan Yaman yang sering mengalami kudeta dan penggulingan kekuasaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id