Jumat kemarin, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan "perjanjian damai" antara Bahrain dan Israel. Kesepakatan normalisasi terjalin kurang dari sebulan usai Uni Emirat Arab melakukannya dengan Israel.
Kementerian Luar Negeri Turki mengaku "khawatir" atas langkah Bahrain dan juga "mengecam keras" perjanjian normalisasi tersebut.
"Langkah itu merupakan pukulan baru dalam upaya membela perjuangan Palestina, dan hanya akan memperkuat Israel dalam melakukan praktik-praktik ilegal terhadap Palestina," ujar Kemenlu Turki, dilansir dari laman Dawn, Minggu 13 September 2020.
Ankara menyebut langkah Bahrain bertentangan dengan komitmen yang dibuat negara-negara di bawah Inisiatif Perdamaian Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Kemenlu Iran juga mengecam keras langkah Bahrain. Teheran akan meminta pertanggungjawaban Bahrain atas segala bentuk tindakan Israel yang mengganggu keamanan di kawasa Teluk.
"Tindakan memalukan Bahrain telah mengorbankan perjuangan Palestina," sebut Kemenlu Iran dalam sebuah pernyataan di televisi.
Sejumlah warga Bahrain mengecam perjanjian normalisasi dengan Israel. Mereka menyalurkan kemarahan via media sosial dengan tagar "Bahrain menolak normalisasi" dan "normalisasi adalah pengkhianatan."
"Ini adalah hari yang kelam dalam sejarah Bahrain," tulis mantan anggota parlemen Bahrain, Ali Alaswad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News