Asap terlihat dari bangunan di Rafah yang diserang Israel. Foto: AFP
Asap terlihat dari bangunan di Rafah yang diserang Israel. Foto: AFP

Israel Bombardir Rafah, 12 Orang Dilaporkan Tewas

Fajar Nugraha • 07 Mei 2024 12:38
Rafah: Israel melakukan serangan terhadap kota Rafah di Gaza semalam sebagai upaya untuk memberikan ‘tekanan’ terhadap Hamas menjelang perundingan di Mesir. Perundingan bertujuan untuk menyegel proposal gencatan senjata yang didukung oleh Hamas.
 
Setelah bersumpah selama berminggu-minggu untuk menyerang kota perbatasan di bagian selatan, Israel pada Senin 6 Mei 2024 meminta warga Palestina di Rafah timur untuk pergi ke ‘wilayah kemanusiaan yang diperluas’ sebelum melakukan serangan darat.
 
Seorang koresponden AFP di kota tersebut melaporkan pemboman besar-besaran sepanjang malam. Sementara rumah sakit Kuwait di sana mengatakan pada Selasa bahwa 12 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan Israel.

Menurut sumber dari Anadolu, sebelumnya 26 warga Palestina, termasuk delapan anak-anak, tewas dalam serangan udara Israel di kota Rafah di Gaza selatan sejak akhir pekan. Beberapa orang juga terluka dalam serangan yang menargetkan setidaknya 11 rumah di kota itu sejak Minggu malam.
 
Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan, beberapa orang masih hilang di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
 
Baca: Hamas Sepakati Gencatan Senjata, Israel Tetap Serang Rafah.

 
Tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi segera pada hari Senin bagi warga Palestina di lingkungan timur Rafah dan meminta mereka untuk pindah ke kota al-Mawasi di Gaza selatan.
 
“Sekitar 100.000 warga sipil Palestina diperkirakan tinggal di daerah yang akan dievakuasi,” menurut Radio Tentara Israel.
 
Rafah adalah rumah bagi lebih dari 1,5 juta pengungsi Palestina, yang berlindung dari perang yang dilancarkan Israel menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober lalu yang menewaskan hampir 1.200 orang.
 
Sejak itu, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 34.600 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, selain menyebabkan bencana kemanusiaan.
 
Setelah perundingan pada hari sebelumnya gagal menghasilkan kesepakatan, Hamas mengatakan pada Senin malam bahwa pihaknya telah memberi tahu mediator Mesir dan Qatar tentang “persetujuan atas proposal mereka mengenai gencatan senjata”. Kabar itu memicu sorak-sorai massa di jalan-jalan di Rafah.
 
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan usulan tersebut "jauh dari tuntutan penting Israel”. “Namun pemerintah akan mengirim perunding untuk melakukan pembicaraan untuk memanfaatkan potensi mencapai kesepakatan,” ujar Netanyahu.
 
Sementara itu, Israel menambahkan, “Israel terus melanjutkan operasi di Rafah untuk memberikan tekanan militer terhadap Hamas guna mempercepat pembebasan sandera kami dan tujuan perang lainnya”.
 
Sekutu dekat Israel, Amerika Serikat mengatakan, pihaknya sedang ‘meninjau’ tanggapan Hamas.
 
Anggota Hamas Khalil al-Hayya mengatakan kepada saluran berita Al Jazeera yang berbasis di Qatar bahwa proposal yang disetujui Hamas melibatkan gencatan senjata tiga fase.
 
Dia mengatakan hal itu mencakup penarikan total Israel dari Gaza, kembalinya warga Palestina yang menjadi pengungsi akibat perang dan pertukaran sandera-tahanan, dengan tujuan “gencatan senjata permanen”.
 
Qatar mengatakan bahwa pihaknya mengirim delegasi ke Kairo pada Selasa pagi untuk melanjutkan perundingan dengan harapan bahwa perundingan akan mencapai puncaknya dalam mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata segera dan permanen di Jalur Gaza.
 
Seorang pejabat senior Hamas, yang berbicara kepada AFP tanpa menyebut nama, mengatakan Israel sekarang harus memutuskan apakah mereka menerima atau "menghalangi’ gencatan senjata.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan