Konflik terbaru antara keduanya telah menimbulkan ketegangan yang meningkat dan menyebabkan dampak yang signifikan. Lalu siapa itu Hamas?
Hamas adalah gerakan nasionalis-agamis yang berjuang membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Didirikan oleh Sheikh Ahmed Yassin pada 1987.
"Pada tahun 1988, Hamas menerbitkan piagamnya, menyerukan penghancuran Israel dan pembentukan masyarakat Islam di Palestina yang bersejarah," tulis Council on Foreign Relations dalam laporannya yang dikutip Jumat 5 April 2024.
Nama Hamas berasal dari 'Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah' yang berarti Gerakan Perlawanan Islam. Hamas memiliki makna 'semangat'.
Baca juga: Diduga Dukung Hamas, Adik Perempuan dari Ismail Haniyeh Ditangkap
"Sebuah spin-off dari Ikhwanul Muslimin cabang Palestina pada akhir 1980an, kelompok militan Islam Hamas mengambil alih Jalur Gaza setelah mengalahkan partai politik saingannya, Fatah, dalam pemilu tahun 2006.
Hamas merupakan satu dari dua partai politik besar di Palestina. Hamas secara politis menguasai Jalur Gaza dengan wilayah seluas sekitar 365 km persegi yang menjadi tempat tinggal bagi lebih dari dua juta orang.
Jalur Gaza adalah sebuah kawasan yang terletak di pantai timur Laut Tengah, bagian dari wilayah Negara Palestina. Kawasan ini berbatasan dengan Mesir di sebelah barat daya dan Israel di sebelah timur dan utara. Jalur Gaza memiliki panjang sekitar 41 kilometer dan lebar antara 6 hingga 12 kilometer, dengan luas total 365 kilometer persegi.
Tokoh-tokoh Hamas
Sheikh Ahmed Yassin
Ia adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Palestina dan pendiri Hamas. Ia lahir pada bulan Juni 1936 atau 1938 di desa al-Jura, dekat al-Majdal.
Ia mengabdikan seluruh hidupnya untuk perjuangan rakyat Palestina, bahkan meskipun ia harus hidup di atas kursi roda setelah mengalami kecelakaan olahraga pada usia 12 tahun.
Sheikh Ahmed Yassin dianggap sebagai salah satu simbol penting nasionalisme Palestina pada abad ke-20. Namun, pandangannya yang keras terhadap Israel dan perjuangannya dalam memimpin Hamas membuatnya menjadi sasaran serangan.
Pada tanggal 22 Maret 2004, Yassin tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh helikopter Apache milik Israel. Kematian Yassin memicu reaksi keras di kalangan pendukungnya, dan Hamas bersumpah untuk membalas dendam.
Abdul Aziz Ar-Rantisi
Abdul Aziz al-Rantisi (23 Oktober 1947 – 17 April 2004) adalah seorang pemimpin politik Palestina dan salah satu pendiri Hamas, bersama dengan Sheikh Ahmed Yassin. Ia dikenal dengan julukan "Singa Palestina" dan memainkan peran penting dalam kepemimpinan Hamas di Jalur Gaza.
Rantisi menjadi pemimpin politik dan juru bicara Hamas di Jalur Gaza setelah pembunuhan Sheikh Ahmed Yassin oleh Israel pada Maret 2004. Ia menentang kompromi dengan Israel dan mendukung pembentukan negara Palestina melalui tindakan militer melawan Israel.
Rantisi lahir di desa Bina, dekat Askalan dan Yafa, dan merupakan seorang dokter spesialis anak yang pernah bertugas di Rumah Sakit Naser di Khan Yunis, Jalur Gaza. Selain itu, Rantisi juga aktif dalam kegiatan politik dan perlawanan terhadap pendudukan Israel. Ia dipenjara dan diasingkan beberapa kali oleh pemerintah Israel.
Pada 17 April 2004, Rantisi tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh pasukan keamanan Israel. Kematian Rantisi menyebabkan reaksi keras di kalangan pendukungnya dan memicu ketegangan yang lebih lanjut dalam konflik Israel-Palestina.
Peran dan kontribusi Abdul Aziz al-Rantisi dalam Hamas dan perjuangan Palestina membuatnya menjadi tokoh yang sangat berpengaruh dalam dinamika politik di wilayah tersebut.
Khaled Meshaal
Ia adalah seorang politikus Palestina yang pernah menjabat sebagai kepala biro politik gerakan Islamis Palestina, Hamas, dari tahun 1996 hingga 2017. Ia lahir pada 28 Mei 1956 di Silwad, Tepi Barat, dan merupakan salah satu pendiri Hamas. Meshaal memiliki latar belakang pendidikan dalam fisika dan pernah menjadi seorang guru di Kuwait sebelum terlibat dalam aktivitas politik.
Pada tahun 1997, Meshaal menjadi sasaran upaya pembunuhan oleh agen rahasia Israel di Amman, Yordania. Meshaal disemprot dengan racun yang seharusnya bertindak lambat, tetapi rencana tersebut terbongkar ketika salah satu pengawal Meshaal melihat serangan tersebut dan menahan dua agen tersebut sebelum mereka berhasil melarikan diri.
Raja Hussein dari Yordania, khawatir bahwa pembunuhan oleh Israel di Yordania akan merusak perjanjian perdamaian yang baru saja ditandatangani antara kedua negara dan menggoyahkan rezimnya sendiri, menyelamatkan Meshaal.
Meshaal memainkan peran penting dalam mengawasi transisi Hamas dari organisasi teroris menjadi organisasi teroris/politik. Pada April 2021, Meshaal terpilih untuk memimpin kantor diaspora Hamas dan dinobatkan sebagai wakil pemimpin kelompok teroris tersebut.
Perannya dalam Hamas dan konflik di wilayah tersebut membuatnya menjadi tokoh yang sangat berpengaruh dalam dinamika politik di Palestina.
Ismail Haniya
Ismail Haniya adalah seorang politisi Palestina dan pemimpin Hamas yang lahir sekitar tahun 1962 di kamp pengungsian Al-Shati di Jalur Gaza. Ia pernah menjabat sebagai perdana menteri Otoritas Palestina setelah Hamas memenangkan mayoritas kursi dalam pemilihan legislatif Palestina tahun 2006.
Setelah pertempuran antar faksi dengan Fatah menyebabkan pembubaran pemerintahan dan pembentukan pemerintahan otonom yang dipimpin Hamas di Jalur Gaza, Haniya menjadi pemimpin pemerintahan de facto di Jalur Gaza dari tahun 2007 hingga 2014. Pada tahun 2017, ia terpilih untuk menggantikan Khaled Meshaal sebagai kepala biro politik Hamas.
Haniya telah memainkan peran penting dalam diplomasi internasional Hamas, terutama dari basisnya di Qatar, yang memungkinkannya untuk melakukan perjalanan dan berperan sebagai negosiator dalam perjanjian gencatan senjata serta berkomunikasi dengan sekutu utama Hamas seperti Iran. Meskipun Haniya telah menghadapi tantangan dan kontroversi selama kariernya, komitmennya terhadap perjuangan Palestina tetap teguh.
Sebagai pemimpin Hamas, Haniya telah memainkan peran kunci dalam konflik Israel-Palestina, termasuk dalam konflik bersenjata antara Hamas dan Israel. Pada tahun 2023, rumah keluarga Haniya di Gaza dihancurkan dalam serangan udara Israel, yang menyebabkan kematian 14 anggota keluarganya.
Haniya juga terpilih kembali sebagai pemimpin kelompok Hamas untuk masa jabatan empat tahun setelah pemilihan internal tanpa lawan pada tahun 2021. Perannya dalam Hamas dan konflik di wilayah tersebut membuatnya menjadi tokoh yang sangat berpengaruh dalam dinamika politik di Palestina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News