Dilansir dari laman New York Post, kabinet koalisi terbaru diyakini akan disahkan parlemen Israel atau Knesset lewat pemungutan suara. Jika itu terjadi, maka Netanyahu akan terdepak dari jabatannya sebagai PM Israel.
Netanyahu, 71, telah menjadi PM Israel sejak 2009. Ia gagal menghalangi aliansi oposisi yang dibentuk oleh dua tokoh: mantan menteri pertahanan Naftali Bennett dan tokoh sentris Yair Lapid.
Bennett dan Lapid telah menyepakati skema berbagi kekuasaan dan akan secara bergiliran menjadi PM Israel dalam empat tahun ke depan. Koalisi terbentuk usai pemilihan umum Israel kembali gagal membentuk sebuah pemerintahan baru.
Baca: Netanyahu Klaim Adanya Kecurangan Terbesar dalam Pemilu Israel
Jika Knesset mengesahkan pemerintahan koalisi, maka Bennett akan terlebih dahulu menjadi PM Israel selama dua tahun, untuk nantinya digantikan oleh Yapid.
Pemerintahan koalisi Bennett dan Yapid terdiri dari spektrum politik yang lebih luas, termasuk partai yang menyuarakan kepentingan etnis minoritas Arab di Israel.
Koalisi baru ini telah sepakat untuk menghindari isu-isu sensitif seperti konflik di Tepi Barat atau Jalur Gaza, dan akan memfokuskan diri pada reformasi politik domestik.
Walaupun nanti terguling, Netanyahu akan menjadi oposisi yang kuat karena koalisi terbaru hanya memiliki mayoritas tipis di Knesset.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News