Beberapa jam usai melayangkan pernyataan tersebut, tokoh nasionalis Naftali Bennett yang digadang-gadang akan mengisi posisi PM Israel, menyerukan kepada Netanyahu agar tidak meninggalkan kekacauan setelah tidak lagi menjabat.
"Anda harus menerima bahwa masyarakat berhak mendirikan pemerintahan, bahkan jika Anda bukan pemimpinnya," kata Bennett, dilansir dari laman CGTN pada Senin, 7 Juni 2021.
Netanyahu melayangkan tuduhan adanya kecurangan pemilu di saat kepala keamanan domestik Israel mengingatkan mengenai kemungkinan terjadi aksi kekerasan politik dalam negeri.
"Kita sedang menyaksikan kecurangan terbesar pemilu dalam sejarah negara ini. Menurut saya, bahkan dalam semua sejarah demokrasi," tutur Netanyahu kepada para anggota partai Likud.
Ia memfokuskan tuduhannya kepada janji kampanye Bennett, yang kala itu tidak akan bermitra dengan partai berhaluan kiri, berideologi sentris, maupun yang mengusung kepentingan etnis Arab.
Baca: Calon PM Israel Puji Pemimpin Arab Masuk dalam Koalisinya
Rabu kemarin, Bennett mengumumkan bahwa ia dan pemimpin opisisi Yair Lapid telah membentuk pemerintahan koalisi dari berbagai spektrum politik Israel. Koalisi dibentuk karena tidak ada pemenang yang mutlak dalam pemilu Israel pada 23 Maret lalu.
Di bawah perjanjian koalisi, Bennett akan menjadi perdana menteri selama beberapa waktu, untuk nantinya digantikan oleh Lapid.
Sejauh ini belum ada tanggal pasti mengenai pemungutan suara di parlemen Israel untuk mengesahkan pemerintahan koalisi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News