Pembicaraan tersebut akan diselenggarakan di Qatar pada hari ini, Jumat, 5 Juli 2024.
David Barnea diperkirakan berada di Doha pada Kamis kemarin dan dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Delegasi Barnea berangkat ke Qatar untuk melanjutkan pembicaraan tentang gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.
"Ia akan bertemu dengan perdana menteri Qatar untuk berdiskusi yang bertujuan untuk mendekatkan kedua belah pihak pada kesepakatan di Gaza," kata sumber kepada AFP.
Baca: Netanyahu Sebut Akan Kirim Delegasi untuk Negosiasi Sandera. |
Di tengah optimisme baru, Netanyahu mengadakan pertemuan kabinet keamanannya pada Kamis malam untuk membahas proposal baru Hamas yang dikirim melalui mediator Qatar dan Mesir.
Israel yakin puluhan sandera masih hidup di Gaza dan dengan perang yang memakan korban jiwa yang semakin banyak di wilayah Palestina. Kedua belah pihak menghadapi tekanan internasional yang meningkat untuk mencapai kesepakatan.
Sementara itu, Gedung Putih mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memuji keputusan Israel mengirimkan delegasi. Pujian ia sampaikan dalam percakapan telepon dengan Netanyahu.
Biden menyambut baik keputusan untuk meminta negosiator Israel "berinteraksi" dengan mediator dalam upaya "untuk menutup kesepakatan".
“Amerika Serikat yakin Israel dan Hamas memiliki peluang yang cukup signifikan untuk mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata dan pembebasan sandera,” kata seorang pejabat senior AS.
Hamas menuntut diakhirinya perang dan penarikan pasukan Israel sebagai langkah awal dari kesepakatan penyanderaan.
Israel membalas bahwa perang tidak akan berakhir tanpa pembebasan sandera. Netanyahu juga telah berulang kali bersumpah bahwa operasi di Gaza tidak akan berakhir sampai kemampuan militer dan pemerintah Hamas dihancurkan.
Perang dimulai dengan serangan 7 Oktober di Israel selatan yang mengakibatkan kematian 1.195 orang, sebagian besar warga sipil, berdasarkan data dari Israel.
Serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 38.011 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data dari kementerian kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News