Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di lokasi gempa. Foto: AFP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di lokasi gempa. Foto: AFP

Erdogan Akui Lamban Tanggapi Bencana saat Korban Tewas Tembus 15.000

Fajar Nugraha • 09 Februari 2023 11:07
Gaziantep: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakui ada masalah dengan tanggapan awal pemerintahnya terkait gempa dahsyat di Turki selatan. Pengakuannya terungkap di tengah kemarahan dari masyarakat miskin dan frustrasi atas lambannya kedatangan tim penyelamat di lokasi gempa.
 
Erdogan mengatakan dalam kunjungan ke zona bencana, bahwa operasi sekarang berjalan normal dan berjanji tidak akan ada yang kehilangan tempat tinggal.
 
Sementara itu, menurut badan penanggulangan bencana Turki (AFAD) korban tewas akibat gempa yang mengguncang Turki dan Suriah itu kini sedikitnya mencapai 15.383 orang. Lebih dari 12.391 orang tewas dan 62.914 lainnya terluka di Turki setelah gempa bumi yang mengguncang negara itu pada Senin.
 
Baca: Erdogan Nyatakan 10 Kota di Turki sebagai 'Zona Bencana'.

Di seberang Turki selatan, orang-orang mencari tempat berlindung sementara dan makanan dalam cuaca musim dingin yang membekukan. Mereka menunggu dengan sedih di tumpukan puing tempat keluarga dan teman mungkin masih terkubur.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Tim penyelamat masih menemukan beberapa orang hidup. Tetapi banyak orang Turki mengeluhkan kurangnya peralatan, keahlian, dan dukungan untuk menyelamatkan mereka yang terjebak - terkadang bahkan saat mereka mendengar teriakan minta tolong.
 
"Di mana negara? Ke mana mereka selama dua hari? Kami memohon kepada mereka. Mari kita lakukan, kita bisa mengeluarkan mereka," kata Sabiha Alinak di dekat bangunan runtuh yang tertutup salju di kota Malatya tempat saudaranya terjebak.
 
DIlansir dari Business Today, Kamis, 9 Februari 2023, pemandangan dan keluhan serupa di negara tetangga Suriah yang juga diguncang gempa wilayah utaranya.
 
Duta Besar Suriah untuk PBB mengakui pemerintah memiliki "kekurangan kemampuan dan peralatan," menyalahkan lebih dari satu dekade perang saudara di negaranya dan sanksi Barat.
 
Korban tewas dari kedua negara diperkirakan akan bertambah karena ratusan bangunan yang runtuh di banyak kota telah menjadi kuburan bagi orang-orang yang tertidur saat gempa melanda.
 
Di kota Antakya, Turki, puluhan jenazah, beberapa diselimuti selimut dan seprai dan lainnya di kantong jenazah, dibariskan di tanah di luar rumah sakit.
 
Melek, 64, mengeluhkan kurangnya tim penyelamat. "Kami selamat dari gempa, tapi kami akan mati di sini karena kelaparan atau kedinginan," katanya.
 
Banyak orang di zona bencana telah tidur di mobil mereka atau di jalan di bawah selimut dalam cuaca dingin yang membekukan, takut untuk kembali ke gedung tempat tinggalnya.
 
Pihak berwenang Turki merilis video korban selamat yang diselamatkan, termasuk seorang gadis muda dengan piyama, dan seorang lelaki tua yang tertutup debu, dengan sebatang rokok yang tidak menyala di antara jari-jarinya saat dia ditarik dari puing-puing.
 
Pejabat Turki mengatakan sekitar 13,5 juta orang terkena dampak di daerah yang membentang sekitar 450 kilometer dari Adana di barat hingga Diyarbakir di timur. Di Suriah, orang tewas sejauh selatan Hama, 250 kilometer dari pusat gempa.
 
Beberapa yang meninggal di Turki adalah pengungsi dari perang Suriah. Kantong jenazah mereka tiba di perbatasan dengan taksi, van, dan ditumpuk di atas truk bak datar untuk dibawa ke tempat peristirahatan terakhir di tanah air mereka.
 
Lebih dari 298.000 orang telah kehilangan tempat tinggal dan 180 tempat penampungan bagi para pengungsi telah dibuka. Pengiriman bantuan kemanusiaan PBB melalui Turki ke jutaan orang di barat laut Suriah dapat dilanjutkan pada Kamis setelah operasi jangka panjang dihentikan oleh gempa.
 

 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
(FJR)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif