Serangan yang menewaskan Ismail Haniyeh terjadi hanya beberapa jam setelah Israel mengatakan telah menewaskan seorang komandan tinggi Hizbullah dalam serangan balasan di ibu kota Lebanon, Beirut.
Pembunuhan itu terjadi ketika ketegangan regional telah memanas akibat perang di Gaza, konflik yang telah menarik kelompok militan yang didukung Iran di Suriah, Lebanon, Irak, dan Yaman.
Israel menolak berkomentar tentang serangan Teheran.
Berbicara di ibu kota Mongolia, diplomat tinggi AS Blinken memperingatkan Timur Tengah berada di jalur menuju lebih banyak konflik.
“Lebih banyak konflik, lebih banyak kekerasan, lebih banyak penderitaan, lebih banyak ketidakamanan, dan sangat penting bagi kita untuk memutus siklus ini,” kata Blinken, dikutip dari AFP, Kamis, 1 Agustus 2024.
"Itu dimulai dengan gencatan senjata yang telah kami upayakan," seru Blinken.
"Dan untuk mencapainya, pertama-tama semua pihak harus berunding, berhenti mengambil tindakan yang meningkatkan eskalasi, mereka harus mencari alasan untuk mencapai kesepakatan," katanya.
Seperti yang dilakukannya pada Rabu di Singapura, Blinken tidak berkomentar langsung tentang kematian pemimpin gerakan Islam Palestina tersebut.
Ia juga menolak berspekulasi tentang dampak pembunuhan Haniyeh terhadap potensi gencatan senjata di Gaza, yang dipelopori oleh Amerika Serikat bersama dengan Mesir dan Qatar.
Baca juga: Ismail Haniyeh Dibunuh, AS Yakin Gencatan Senjata Gaza Tercapai
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News