Dilansir dari Anadolu Agency, "Kami telah melihat Israel terlibat dalam percakapan konstruktif yang telah kami lakukan tentang kesepakatan gencatan senjata. Jadi, kami terus percaya bahwa kesepakatan gencatan senjata dapat dicapai dan mendesak, dan ini adalah sesuatu yang diinginkan oleh mitra kami di Israel," kata juru bicara Deputi Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, kepada wartawan.
Israel, yang belum mengonfirmasi atau menyangkal tanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh, telah melanjutkan serangan udara dan darat di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 lainnya.
Sejak saat itu, serangan tersebut telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina dan menghancurkan wilayah tersebut. Pembicaraan untuk gencatan senjata dan pengembalian sandera terus dilakukan melalui mediator AS, Qatar, dan Mesir.
Saat ditanya apakah AS masih menilai bahwa Israel terlibat secara “konstruktif,” Patel menjawab: “Itu masih menjadi penilaian kami.”
“Kami terus percaya bahwa kesepakatan itu dapat dicapai dan mendesak dan kami terus bekerja dan berkomitmen untuk mempersempit kesenjangan tersebut dan untuk membuat kesepakatan menjadi mungkin,” tambah Patel.
“Yang dapat saya katakan adalah bahwa prioritas kami di seluruh kawasan terus mengedepankan solusi diplomatik,” ucap Patel.
“Tim kami terus bekerja sangat keras untuk mempersempit dan menutup kesenjangan dan terus percaya bahwa kesepakatan itu mungkin terjadi,” kata Patel, menambahkan bahwa menyelesaikan kesepakatan itu sangat penting bagi AS.
“Kami terus mendesak semua pihak untuk menahan diri untuk menghindari eskalasi menjadi konflik regional yang lebih luas,” tambahnya.
Patel juga menegaskan kembali komitmen AS terhadap keamanan Israel dan “membela mereka dari serangan jahat seperti yang dilakukan oleh rezim sembrono seperti rezim Iran.”
Saat ditanya apakah AS menganggap pembunuhan Haniyeh sebagai “agresi Israel,” Patel mengatakan AS tidak memiliki informasi tentang insiden tersebut.
Pembunuhan Haniyeh terjadi saat Israel dan kelompok Lebanon Hizbullah tertatih-tatih di tepi perang habis-habisan setelah serangan roket di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel menewaskan 12 orang. Militer Israel menyalahkan Hizbullah dan membunuh seorang komandan tinggi kelompok tersebut di Beirut pada hari Selasa. (Shofiy Nabilah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News