Pernyataan disampaikan Iran usai Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa dialog baru seputar perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sebaiknya melibatkan Arab Saudi.
"Perjanjian nuklir adalah kesepakatan multilateral yang diratifikasi Resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB. Perjanjian ini tidak dapat dinegosiasikan lagi, dan jumlah pesertanya juga sudah jelas dan tak bisa diubah," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh, dilansir dari laman Arutz Sheva pada Minggu, 31 Januari 2021.
Dalam pernyataan pada Jumat kemarin, Macron menyebut bahwa mengesampingkan negara-negara lain di kawasan saat JCPOA disepakati enam tahun lalu merupakan sebuah kesalahan. Ia pun meminta agar kesalahan itu tak lagi diulangi, jika JCPOA akan kembali dinegosiasikan.
Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik AS dari JCPOA sekitar tiga tahun lalu. Setelah itu, ia kembali menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran.
Merespons tindakan Trump, Iran pun secara berkala melonggarkan komitmennya terhadap JCPOA dengan meningkatkan pengayaan uranium.
Baca: Menlu AS Tegaskan Sanksi Terhadap Iran Tetap Berlaku
Presiden AS Joe Biden telah mengekspresikan keinginan untuk kembali ke JCPOA. Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times, Biden mengaku akan kembali ke JCPOA jika Iran terlebih dahulu mematuhinya secara menyeluruh.
Teheran telah berulang kali menegaskan bahwa pihaknya tidak mau menegosiasikan perjanjian awal. Pekan kemarin, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mendesak Biden untuk "memilih jalan yang lebih baik" terkait JCPOA.
Saat JCPOA dinegosiasikan pada 2015, Arab Saudi dan beberapa negara di kawasan mengekspresikan kekhawatiran bahwa perjanjian tersebut memungkinkan Iran membuat senjata nuklir. Namun pada akhirnya, Arab Saudi menyambut baik perjanjian tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News