Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan. Foto: AFP
Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan. Foto: AFP

Menlu Turki: Memalukan Komunitas Internasional Masih Tak Bisa Hentikan Perang di Gaza

Medcom • 25 Januari 2024 06:07
Washington: Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, mengecam komunitas internasional, karena tidak menghentikan perang di Jalur Gaza. Fidan mengecam Israel sebagai pelaku serangan.
 
“Seratus sembilan hari setelah konflik, sangat disayangkan bahwa komunitas internasional masih tidak mampu menghentikan pertumpahan darah di Gaza dan Tepi Barat,” kata Fidan pada pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai situasi di Tengah Timur, termasuk persoalan Palestina, dikutip dari Anadolu pada Rabu, 24 Januari 2024.
 
Kecaman tersebut disampaikan dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Pertemuan tersebut dihadiri oleh para menteri luar negeri senior dan duta besar dari 15 anggota dewan. 
 
Baca: Lawan Israel, Menlu Retno Dorong Palestina Diberikan Keanggotaan Penuh PBB.


Fidan mengecam Israel atas operasi militer yang dianggapnya sebagai kejahatan perang yang serius. 
 
"Gaza dulunya adalah penjara terbuka. Kini, menjadi medan pertempuran di mana Perdana Menteri Israel (Benjamin Netanyahu) menjalankan operasi militer untuk membunuh warga sipil guna memperpanjang kehidupan politiknya," ungkapnya.
 
Fidan juga menggemakan seruan Turki untuk pembentukan mekanisme penjaminan yang memantau dan menjamin perdamaian antara Israel dan Palestina.
 
“Sebagian besar anggota komunitas internasional sepakat mengenai pentingnya gencatan senjata, bantuan kemanusiaan, dan solusi dua negara. Namun, tidak ada mekanisme yang efektif untuk membuat Israel menerapkannya,” ujarnya.


Limpahan perang

Turki menyuarakan keprihatinan tentang efek limpahan perang ke wilayah tersebut dan mendukung laporan-laporan yang menganggap kejahatan perang Israel di Gaza sebagai genosida.
 
Fidan menyoroti kegagalan komunitas internasional dalam menghentikan pertumpahan darah di Gaza dan Tepi Barat, sambil menekankan perlunya menghindari eskalasi geografis dari konflik tersebut. 
 
“Turki secara konsisten memperingatkan tentang risiko tumpahan minyak. Kini, risiko tersebut telah menjadi kenyataan. Insiden baru-baru ini di Laut Merah, Yaman, Lebanon, Irak, Suriah, Iran, dan Pakistan sangat mengkhawatirkan. Eskalasi ini berpotensi berubah menjadi pusaran geostrategis yang tidak dapat dihindari oleh siapapun dengan mudah,” ujar Fidan.
 
Menlu Turki juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mencapai gencatan senjata segera dan permanen. Kepatuhan Israel diperlukan untuk kedamaian di antara dua negara tersebut.
 
“Gencatan senjata segera dan permanen, pembebasan semua tawanan oleh kedua belah pihak dan aliran bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan ke Gaza adalah suatu keharusan dalam mencapai perdamaian,” tambah Fidan. 
 
Fidan menegaskan bahwa masa depan Gaza tergantung pada Palestina sendiri. Ia menyerukan fokus pada pembentukan Negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
 
“Kita semua tahu sekarang, tindakan-tindakan sementara tidak akan berhasil. Skenario untuk ‘hari setelahnya’ seharusnya bukan tentang siapa yang akan memerintah Gaza. Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana kita bisa menjaga perdamaian yang adil dan abadi berdasarkan solusi dua negara di perbatasan tahun 1967,” ucap Fiden.
 
Fokusnya pada pembentukan Negara Palestina merdeka dan berdaulat mencerminkan seruan Turki untuk pembentukan mekanisme penjaminan yang dapat memastikan perdamaian antara Israel dan Palestina. 
 
Fiden menyampaikan keprihatinan tentang kelemahan nilai-nilai moral sistem internasional jika situasi di Gaza terus berlanjut.
 
“Oleh karena itu, kita harus bertindak sekarang untuk menghentikan terkikisnya nilai-nilai yang kita perlukan untuk masa depan umat manusia,” kata Fidan.
 
Israel telah menggempur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023. Akibatnya,  menewaskan sedikitnya 25.295 warga Palestina dan melukai 63.000 orang.
 
Menurut PBB, serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur. (Atika Pusagawanti) 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan