Melansir Times of Israel, 6 Sandera tersebut meninggal setidaknya 48 sampai 72 jam sebelum autopsi yang dilakukan oleh Institusi Forensik Abu Kabir, yang mengindikasikan bahwa mereka tewas antara hari Kamis dan Jumat Pagi.
Hasil tersebut berbeda dengan keterangan Pasukan Keamanan Israel (IDF) yang memperkirakan bahwa mereka terbunuh tidak lama setelah IDF memasuki terowongan di Rafah, Gaza Selatan pada Sabtu Sore, 31 Agustus.
"Jasad mereka ditemukan saat pertempuran di Rafah, di dalam terwowongan, setidaknya 1 Km dari terowongan tempat kami menemukan Farhan al-Qadi," ujar Laksamana Muda Daniel Hagari, 31 Agustus, mengungkit sandera Farhan al-Qadi yang dibebaskan beberapa hari lalu.
Melansir Times of Israel, media Israel melaporkan bahwa para pejabat keamanan takut bahwa Hamas mengeksekusi 6 sandera tersebut karena khawatir para sandera akan memberitahu detail tentang lokasi para sandera lainnya.
Narasi IDF berbeda dengan keterangan Hamas. Melansir Al-Jazeera, pejabat senior Hamas, Izaat al-Risheq menyatakan bahwa 6 sandera tersebut tewas dikarenakan serangan udara Israel sambil menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas "bias, dukungan, dan kemitraan," dalam perang yang telah berlangsung selama 11 bulan.
Berdasarkan keterangan Kantor Perdana Menteri Israel, jumlah sandera di dalam enklave Gaza mencapai 101 orang, termasuk 35 orang yang dipercaya sudah meninggal. 97 orang di antaranya menjadi korban penyanderaan pada serangan 7 Oktober 2023.
Melansir Al-Jazeera, 40.738 orang telah tewas dalam perang Israel-Hamas, 94.154 orang lainnya luka-luka, serta 1.139 orang tewas dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Kematian 6 sandera ini, memberi tekanan baru bagi pemerintah Israel, Hamas, AS, serta mediator lainnya agar segera mendorong kesepakatan gencatan senjata dan pelepasan para sandera.
Baca Juga:
Hamas Sebut Kematian Enam Sandera Akibat Serangan Udara Israel
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News