Hamas mengawali serangan dengan ribuan roket yang ditembakkan dari Gaza ke wilayah Israel. Pejuang Hamas yang menggunakan paragliding juga memasuki wilayah itu dan melepaskan serangan.
Amat mengherankan dengan kemampuan teknologi militer Israel tidak mampu menghalau serangan itu. Bahkan terakhir terungkap bahwa Israel sudah mendapatkan peringatan mengenai serangan itu. Terlebih lagi juga fakta menyebutkan jika selama dua tahun serangan ini dirancang oleh Hamas.

Kehancuran Gaza oleh serangan Israel. Foto: The New York Times.
Menurut CNN, informasi intelijen yang dibagikan kepada Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa sekelompok kecil anggota Hamas merencanakan serangan mendadak yang mematikan melalui jaringan telepon berkabel yang dibangun di jaringan terowongan di bawah Gaza selama dua tahun. CNN mendapatkan informasi ini dari dua sumber yang mengetahui masalah tersebut pada akhir Oktober.
“Saluran telepon di terowongan memungkinkan para agen untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia dan berarti mereka tidak dapat dilacak oleh pejabat intelijen Israel,” kata sumber tersebut kepada CNN.
“Selama dua tahun perencanaan, sel kecil yang beroperasi di terowongan menggunakan saluran telepon kabel untuk berkomunikasi dan merencanakan operasi. Namun tetap tidak bergerak sampai tiba waktunya untuk mengaktifkan dan memanggil ratusan pejuang Hamas untuk melancarkan serangan 7 Oktober,” kata sumber tersebut.
Baca: Tank Israel Masuk ke Gaza, Warga Palestina Eksodus Massal. |
Mereka menghindari penggunaan komputer atau ponsel selama periode dua tahun tersebut untuk menghindari deteksi oleh intelijen Israel atau AS, kata sumber tersebut.
Intelijen yang dibagikan Israel kepada para pejabat AS mengungkapkan bagaimana Hamas menyembunyikan perencanaan operasi tersebut melalui langkah-langkah kontra-intelijen kuno seperti melakukan pertemuan perencanaan secara langsung dan menghindari komunikasi digital yang sinyalnya dapat dilacak oleh Israel dan lebih memilih melalui telepon kabel di terowongan.
Ini yang membuat operasi senyap Hamas berhasil mengejutkan jajaran militer Israel.
Serangan balasan
Israel akhirnya langsung melakukan serangan balasan ke Gaza. Serangan dilakukan secara sporadis melalui udara.Serangan yang dilakukan oleh Israel menghantam bangunan-bangunan dan bahkan wilayah padat penduduk di Gaza. Carpet bombing yang dilakukan oleh Israel tidak sepadan dengan apa yang dilakukan oleh Hamas.
Hak untuk membela menjadi alasan Israel untuk melakukan serangan ke Gaza. Pada bulan pertama perang di Gaza, Israel menjatuhkan ratusan bom besar. Banyak di antaranya mampu membunuh atau melukai orang yang berada pada jarak lebih dari 304 meter.
Baca: Pejuang Hamas Gunakan Senjata Lebih Canggih dalam Perang Gaza. |
Citra satelit dari masa-masa awal perang menunjukkan lebih dari 500 kawah tumbukan dengan diameter lebih dari 12 meter, konsisten dengan kawah yang ditinggalkan oleh bom seberat 907 kilogram. Bom tersebut empat kali lebih berat dibandingkan bom terbesar yang dijatuhkan Amerika Serikat terhadap ISIS di Mosul, Irak, saat berperang melawan kelompok ekstremis di sana.
Pakar senjata dan peperangan menyalahkan penggunaan amunisi berat secara ekstensif seperti bom seberat 907 kilogram sebagai penyebab melonjaknya jumlah korban tewas.
PBB
Dunia pun bertindak dengan serangan Israel yang hingga berlanjut, dianggap sebagai genosida warga Gaza. Korban warga Palestina yang tewas sudah mencapai lebih dari 21.000 dan 55.915 lainnya menderita luka-luka, yang di mana korban sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa 80 persen dari populasi Gaza yang mencapai 2,4 juta sudah keluar dari rumahnya.
Rumah sakit pun incaran serangan Israel. Tercatat rumah sakit Al-Shifa hingga Rumah Sakit Indonesia di Gaza menjadi incaran serangan. Pada akhirnya semua rumah sakit di utara Gaza tidak berfungsi lagi dan ditinggalkan oleh petugas kesehatan, bahkan Rumah Sakit Indonesia dijadikan markas militer Israel.

Rumah Sakit Indonesia di Gaza saat masih bisa melayani warga. Foto: AFP
Pemerintah Indonesia pun mencatat ada tiga warga negara Indonesia (WNI) yang berhasil dipulangkan ke Tanah Air. Dua WNI dipulangkan bersama keluarganya. Namun masih ada dua relawan WNI yang saat ini masih bertahan di Gaza.
PBB pada akhirnya diminta bertindak untuk menahan laju serangan Israel ke Gaza dan mendesak agar gencatan senjata bisa disepakati antara Hamas dan Israel.
Beberapa kali resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB diveto oleh Amerika Serikat, sebagai anggota tetap DK PBB. Hingga pada akhirnya di Desember, satu resolusi berhasil disepakati namun tidak menyebutkan klausul mengenai gencatan senjata hanya menyebut bantuan kemanusiaan.
Perlawanan ke Israel
Komunitas Internasional tidak lagi termakan dengan kebohongan dari Zionis Israel. Meskipun pemerintah-pemerintah Barat banyak yang memberikan dukungan ke Israel atas dasar hak untuk membela diri, warga mereka tidak.Di kota-kota seperti New York, Washington DC, di Amerika Serikat, juga Paris, Prancis, hingga ke London, Inggris, dan beberapa negara Barat lainnya, warga turun ke jalan mendesak dilakukan gencatan senjata.
.jpg)
Warga New York desak gencatan senjata di Gaza. Foto: AFP
Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Banyak dari mereka yang terbuka mata dengan laporan korban jiwa dialami anak-anak dan perempuan yang disiarkan oleh jurnalis di Gaza.
Unjuk rasa dari warga Barat ini bahkan hari ke hari makin membesar dan meluas. Diharapkan para pemimpin negara Barat bisa mendengarkan aspirasi rakyatnya.
Kekhawatiran meluas
Perang di Gaza hingga saat ini masih terus berlangsung. Namun ada satu perhatian lagi ketika ada beberapa pihak di luar Gaza ikut serta.Salah satu yang menjadi perhatian adalah Pemberontak Houthi di Yaman. Mereka mengerahkan tenaga untuk menghalau kapal-kapal kargo yang terkait dengan kepentingan Israel. Mereka menyerang kapal-kapal yang melintasi Laut Merah menuju ke Israel.
Kondisi ini membuahkan kekhawatiran adanya kenaikan harga akibat gangguan dari Houthi. Imbasnya, AS bahkan menggalang kekuatan dengan 20 negara untuk melakukan patrol di Laut Merah.
Kekuatan lain yang menjadi perhatian adalah Lebanon. Kelompok Hizbullah di Lebanon menyuarakan simpatinya ke Hamas. Mereka juga beberapa kali mengancam untuk melakukan serangan ke Israel.
Kini perang masih berlanjut, semoga ada penyelesaian yang tepat dari pertempuran yang terjadi saat ini. Jelas sekali bahwa warga sipil yang menjadi korban dalam perang ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News