Rezim Bashar al-Assad di Suriah ditumbangkan kelompok oposisi pada Desember 2024. (AFP)
Rezim Bashar al-Assad di Suriah ditumbangkan kelompok oposisi pada Desember 2024. (AFP)

Oposisi Suriah Satukan Kepemimpinan untuk Gulingkan Assad

Willy Haryono • 14 Desember 2024 17:38
Damaskus: Aliansi kelompok oposisi Suriah menghabiskan waktu setahun untuk merancang sekaligus menjalankan rencana penggulingan mendadak Presiden Bashar al-Assad, Kabar ini disampaikan seorang pemimpin militer oposisi kepada kantor berita Guardian dalam sebuah wawancara pada Jumat, 13 Desember 2024.
 
Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang mengatakan telah menjauh dari akarnya di al-Qaeda, telah lama menguasai sebagian wilayah barat laut Suriah.
 
Setelah dilemahkan dalam operasi pemerintah tahun 2019, kelompok tersebut menyadari "masalah mendasar utama adalah tidak adanya kepemimpinan yang bersatu dan kendali atas pertempuran,” kata Abu Hassan al-Hamwi, seorang komandan HTS dan mantan pemimpin sayap militer kelompok tersebut, kepada Guardian.

Untuk memperbaiki kesalahan tersebut, HTS mulai tahun lalu mempersiapkan operasi pembalasan yang dijuluki "Pencegahan Agresi" untuk menggulingkan Assad.
 
Ia memperkuat kendalinya atas kelompok oposisi di barat laut dan melatih milisinya sendiri, mengembangkan "doktrin militer yang komprehensif".
 
HTS kemudian mencoba menyatukan pasukan pemberontak dan jihadis di Suriah selatan, di bawah kendali Assad selama enam tahun terakhir, untuk menciptakan "ruang perang terpadu,” menurut artikel Guardian dan dikutip The New Arab, Sabtu, 14 Desember 2024.

Pembebasan Suriah

"Ruang perang" tersebut mempertemukan komandan dari 25 kelompok oposisi yang dapat mengarahkan serangan terhadap Assad dari selatan, dengan HTS bergerak maju dari utara, dan berkumpul di ibu kota dan benteng Assad, Damaskus.
 
Momen untuk meluncurkan operasi tersebut tiba pada akhir November, dengan sekutu setia Suriah, Iran dan Rusia, terganggu oleh konflik lain.
 
Selama akhir pekan, para pemberontak berhasil memasuki Damaskus setelah menyapu bersih kota-kota Aleppo, Hama, dan Homs di utara, menyebabkan Assad melarikan diri dari negara tersebut dan mengakhiri lima dekade pemerintahan brutal oleh klannya.
 
"Kami memiliki keyakinan, yang didukung oleh preseden historis: bahwa 'Damaskus tidak akan jatuh sampai Aleppo jatuh'", kata Hamwi.
 
"Kekuatan revolusi Suriah terpusat di utara, dan kami percaya bahwa begitu Aleppo dibebaskan, kami dapat bergerak ke selatan menuju Damaskus," tambahnya.
 
Baca juga:  Jatuhnya Assad Bukti Pentingnya Prinsip Bebas-Aktif
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan