Turki pada Minggu 5 September juga mengutuk penahanan Presiden Alpha Conde. Mereka mengatakan pihaknya memandang perkembangan terakhir dengan "keprihatinan yang mendalam."
"Turki menentang upaya untuk menggantikan pemerintah terpilih secara ilegal," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Anadolu.
Baca: Pasukan Elite Militer Guinea Gulingkan Presiden.
Ini menekankan harapan kuat Ankara untuk pemulihan cepat tatanan konstitusional di negara Afrika Barat dan pembebasan segera Conde.
"Turki akan mendukung teman dan saudaranya Guinea selama periode yang sulit dan sensitif ini," tambah kementerian itu.
Conde dilaporkan ditangkap pada Minggu oleh militer dalam upaya kudeta.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan Conde ditahan oleh pasukan khusus tentara.
Seorang Kolonel Guinea, Mamady Doumbouya, kemudian tampil di televisi nasional untuk mengumumkan bahwa konstitusi dan pemerintahan negara itu akan dibubarkan. Sementara perbatasan darat dan udaranya akan tetap ditutup selama seminggu.
Situasi politik sudah memanas di Guinea sejak tahun lalu. Menjelang dilaksanakannya pemilihan presiden pada 2020, Conde mengubah konstitusi agar bisa maju untuk ketiga kalinya. Beberapa tahun terakhir, dia juga kerap menekan tokoh-tokoh oposisi yang ada di negaranya.
Baca: AS Kutuk Kudeta yang Terjadi di Guinea.
Padahal Conde merupakan presiden pertama yang dipilih secara demokratis di Guinea. Setelah meraih kemerdekaan dari Prancis, Guinea kerap dikuasai pemerintahan otoriter yang korup. Pada 2010, Militer Guinea melepaskan kekuasaannya dan membiarkan pemerintahan demokratis yang dipimpin Conde.
Kesulitan ekonomi juga menjadi latar belakang krisis politik di Guinea. Harga-harga kebutuhan pokok merangkak naik sejak awal tahun. Harga BBM juga dinaikkan Pemerintahan Conde sekitar sebulan sebelum kudeta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News