Pengumuman disampaikan Kolonel Mamadi Doumbouya di televisi nasional, yang mengatakan bahwa titik-titik perbatasan telah ditutup dan konstitusi negara kini sudah tidak berlaku.
"Kami telah membubarkan pemerintahan dan institusi," tutur Doumbouya, dilansir dari laman news18.
"Tugas dari seorang prajurit adalah menyelamatkan negara. Nantinya kita akan bersama-sama membuat sebuah konstitusi baru," sambungnya.
Belum diketahui pasti seberapa besar dukungan yang didapat Doumbouya dari internal militer Guinea, atau apakah ada sekelompok prajurit loyalis presiden yang mungkin akan mencoba membalikkan keadaan.
Blok regional Afrika Barat, ECOWAS, mengecam perkembangan situasi di Guinea. ECOWAS mengancam menjatuhkan sanksi jika Conde tidak segera dibebaskan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengecam keras "segala bentuk pengambilalihan kekuasan melalui senjata."
Keberadaan Conde tidak diketahui selama berjam-jam usai berlangsungnya baku tembak sengit di Conakry. Sebuah video kemudian muncul, memperlihatkan Conde yang terlihat lelah di semacam instalasi militer.
Tak lama setelahnya, Doumbouya muncul dan menyampaikan pidatonya dari kantor televisi nasional. "Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu pria. Kami mempercayakannya kepada rakyat," tutur Doumbouya tanpa menyebut nama Conde.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News