Dua Yahudi terakhir di Afghanistan, Zabulon Simantov (Kiri) dan Isaac Levy (Kanan). (Poster Cabale A Kaboul, IMDb)
Dua Yahudi terakhir di Afghanistan, Zabulon Simantov (Kiri) dan Isaac Levy (Kanan). (Poster Cabale A Kaboul, IMDb)

Kisah Dua Yahudi Terakhir di Afghanistan, Habiskan Hidup Saling Bertengkar, Bikin Taliban Muak

Riza Aslam Khaeron • 23 Januari 2025 13:09
Jakarta: Selama lebih dari 20 tahun, dunia mengenal cerita unik tentang dua orang Yahudi terakhir di Kabul, Afghanistan.
 
Zabulon Simantov dan Isaac Levy, dua pria yang hidup di bawah atap yang sama di sebuah sinagoga tua, dikenal bukan karena persatuan mereka, tetapi karena permusuhan yang mendalam.
 
"Dia pembohong, dia selalu berbohong," kata Levy tentang Simantov dalam wawancara dengan Radio Free Europe. Di sisi lain, Simantov dengan tajam menuduh, "Orang tua kotor ini tidak mandi selama enam bulan penuh."

Zabulon Simantov, berusia 66 tahun, dan Isaac Levy, tinggal di satu-satunya sinagoga di Kabul yang dibangun pada 1960-an, dimana mereka masing-masing mengklaim sebagai milik mereka sendiri.
 
Bangunan tersebut kini menjadi tempat tinggal yang dilapisi dinding beton lembab dan jendela yang ditutup plastik. Kedua pria ini tinggal di sisi yang berbeda dari sinagoga, namun kebencian mereka satu sama lain begitu kuat hingga memengaruhi setiap aspek kehidupan sehari-hari.
 

Perselisihan Abadi dan Kehilangan Taurat


Akar dari kebencian mereka bermula dari perselisihan atas "Torah Kabul," sebuah manuskrip kuno yang sangat berharga.
 
Ketika rezim Taliban berkuasa, Torah tersebut disita setelah kedua pria saling melaporkan satu sama lain dengan tuduhan yang aneh, termasuk pelecehan agama dan bahkan pengelolaan rumah bordil di dalam sinagoga.
 
"Simantov melaporkan saya ke Taliban," klaim Levy, yang juga menuduh Simantov mencoba menjual Torah tersebut di pasar gelap.
 
Dalam sebuah wawancara, Simantov menceritakan pengalaman pahitnya di bawah Taliban. "Mereka memukuli saya untuk memaksa saya masuk Islam, tetapi saya akan tetap setia pada kepercayaan saya," ujarnya.
 
Kisah Dua Yahudi Terakhir di Afghanistan, Habiskan Hidup Saling Bertengkar, Bikin Taliban Muak
Foto: Sinagoga Kabul. (Hikmat Noori/Al Jazeera)
 
Dia juga mengeklaim bahwa upayanya untuk mendapatkan kembali Torah tersebut terganjal oleh tuntutan suap dari pejabat Kementerian Dalam Negeri Afghanistan berupa uang, daging domba, dan suku cadang mobil.
 
Uniknya, penahanan Simantov dan Levy diingat berbeda oleh Taliban. Seperti dilaporkan oleh Jewish Telegraphic Agency, ketika mereka dipenjara, Simantov dan Levy menghabiskan waktu mereka saling bertengkar.
 
Para pejabat Taliban menjadi muak dan akhirnya memutuskan untuk membebaskan mereka karena merasa terganggu dengan perdebatan yang tiada henti.
 
"Ya, saya ingat mereka. Mereka benar-benar membuat kami kesal," ujar Khairullah Khairkhwa, pejabat Taliban saat itu, sambil tertawa.
 

Kehidupan yang Terisolasi

Kisah Dua Yahudi Terakhir di Afghanistan, Habiskan Hidup Saling Bertengkar, Bikin Taliban Muak
Gambar: Levy mengobati pasien dengan ilmu hitam. (Cabale à Kaboul, 2006, terjemahan Stoic Stick)
 
Zabulon dan Isaac merupakan sisa dari komunitas Yahudi Afghanistan yang dulunya berjumlah 40.000 orang. Setelah invasi Soviet, jumlah ini menyusut menjadi ratusan, dan kini hanya tersisa dua orang.
 
"Saya tidak ingat berapa banyak wartawan yang datang," kata Levy, yang merasa hidupnya menjadi objek rasa ingin tahu jurnalis asing.
 
Kedua pria ini tidak lagi memiliki keluarga di Afghanistan; istri dan anak-anak mereka telah pindah ke Israel.
 
"Istri saya menggugat cerai, dan saya yakin ini karena dia percaya kebohongan Simantov," klaim Levy.
 
Simantov, di sisi lain, menyebut bahwa Levy sendiri yang menyebabkan kehancuran keluarganya.
 
"Dia mengatakan kepada Taliban bahwa saya mengubah sinagoga ini menjadi rumah bordil," ujar Simantov dengan marah tahun 2002.
 
Kisah Dua Yahudi Terakhir di Afghanistan, Habiskan Hidup Saling Bertengkar, Bikin Taliban Muak
Foto: Zabulon Simantov. (AFP/Wakil Kohsar)
 
Alasan sebenarnya Simantov memilih untuk tidak pindah ke Israel selama bertahun-tahun adalah keengganannya memberikan "get" atau dokumen perceraian Yahudi kepada istrinya.
 
"Saya tidak akan memberikan get, dan saya tidak akan meninggalkan rumah saya. Jika saya pergi, tidak akan ada yang merawat sinagoga ini," ujar Simantov seperti dilaporkan oleh The Jerusalem Post.
 
Hal ini membuat istrinya, yang tinggal di Israel bersama dua anak mereka sejak 1998, berada dalam status "agunot" atau "wanita terikat," sebuah kondisi yang membuat mereka tidak bisa menikah lagi.
 
Menurut laporan The Times of Israel, Simantov akhirnya menceraikan istrinya pada September 2021 melalui proses virtual yang melibatkan Sydney Beth Din dan Rabbi Yehoram Ulman.
 
"Saya tahu ini harus dilakukan agar saya bisa melanjutkan hidup saya," ujar Simantov setelah akhirnya menyerahkan dokumen tersebut.
 
Moti Kahana, seorang aktivis yang membantu pelariannya, mengatakan bahwa tekanan untuk memberikan "get" adalah salah satu hambatan terbesar dalam membujuk Simantov meninggalkan Afghanistan.
 

Upaya Rekonsiliasi yang Sulit

Kisah Dua Yahudi Terakhir di Afghanistan, Habiskan Hidup Saling Bertengkar, Bikin Taliban Muak
Foto: Rupa interior Sinagoga Kabul. (Hikmat Noori/Al Jazeera)
 
Meskipun permusuhan mereka mendalam, ada momen ketika keduanya mencoba berdamai. Namun, seperti yang dikatakan Levy, rekonsiliasi hanya terjadi karena kehadiran wartawan.
 
"Saya ingin benar-benar berdamai dengannya, tetapi dia tidak mau. Ketika saya mati, siapa yang akan menguburkan saya sesuai tradisi agama saya?" tanyanya dengan nada sedih.
 
Pada akhirnya, kematian Levy pada Mei 2005 menutup babak perselisihan ini. Seperti dilaporkan oleh The Guardian, Levy ditemukan meninggal di apartemennya yang kumuh.
 
Jenazahnya diterbangkan ke Israel oleh Palang Merah, sementara Simantov tetap tinggal di sinagoga yang sepi. "Orang tua itu gila," ujar Simantov, tanpa menunjukkan rasa duka.
 

Sebuah Akhir untuk Komunitas

Kisah Dua Yahudi Terakhir di Afghanistan, Habiskan Hidup Saling Bertengkar, Bikin Taliban Muak
Foto: Zabulon mencium mezuzah di rumahnya di Afghanistan sebelum berangkat ke Israel. (Ezzatullah Mehrdad/Times of Israel)
 
Kisah Zabulon Simantov dan Isaac Levy adalah cerita tentang dua individu yang mewakili akhir dari komunitas yang pernah berkembang di Afghanistan. Dengan perselisihan mereka yang terus berlanjut, keberadaan Torah Kabul tetap tidak pasti.
 
"Simantov hanya peduli tentang uang. Dia bahkan bertanya berapa harga Torah itu di lelang internasional," kata Levy kepada Radio Free Europe.
 
Pada akhirnya, Simantov meninggalkan Afghanistan pada September 2021 dengan bantuan Moti Kahana, seorang aktivis yang juga menyelamatkan 30 perempuan dan anak-anak Afghanistan.
 
Kisah Dua Yahudi Terakhir di Afghanistan, Habiskan Hidup Saling Bertengkar, Bikin Taliban Muak
Foto: Tova Moradi (Kiri). (IsraAID)?
 
Namun kisah ini memiliki plot twist. Ternyata, Simantov bukanlah Yahudi terakhir di Afghanistan. Sepupunya, Tova Moradi, yang kini berusia 83 tahun, baru meninggalkan Afghanistan pada Oktober 2021 bersama keluarganya setelah bantuan dari IsraAid, Presiden Israel Isaac Herzog, dan sejumlah filantropis Yahudi terkenal.
 
"Saya mencintai negara saya, tetapi harus pergi karena anak-anak saya dalam bahaya," ujar Moradi seperti dilaporkan oleh The Times of Israel, usai Taliban kembali memerintah di Afghanistan.
 
Moradi, yang menikah dengan seorang Muslim dan tidak pernah secara resmi pindah agama, juga menyelamatkan Isaac Levy selama masa pemerintahan Taliban. Ia menyembunyikan Levy di rumahnya selama sebulan untuk melindunginya dari ancaman Taliban.
 
Kisah Dua Yahudi Terakhir di Afghanistan, Habiskan Hidup Saling Bertengkar, Bikin Taliban Muak
Foto: Wanita Muslim dan Yahudi memakai pakaian tradisional Afghanistan, Kabul, 1970. (Ziphora Sharbat)
 
Kisah Moradi dan Simantov mencerminkan betapa rapuhnya komunitas Yahudi di Afghanistan, yang kini mungkin sepenuhnya hilang.
 
Simantov akhirnya tiba di Israel pada November 2024, bersatu kembali dengan keluarganya setelah lebih dari dua dekade. "Saya tidak percaya akhirnya bisa bertemu dengan saudara saya," ujar Binyamin, kakaknya.
 
Pada akhirnya, setelah drama lebih dari 20 tahun antara Levy dan Simantov. Setelah kejutan alur status "Yahudi Afghanistan terakhir". Sinagoga Kabul tidak jatuh ditangan Levy maupun Simantov dan komunitas Yahudi di Afghanistan tidak lagi tersisa.
 
Baca Juga:
Neturei Karta, Aliran Yahudi Ortodoks yang Anti-Israel
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan