Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaee, mengonfirmasi bahwa protes telah disampaikan kepada pengawas nuklir PBB dan akan ditindaklanjuti melalui berbagai saluran.
Di sisi lain, sudah ada laporan yang menunjukkan bahwa Israel sedang mempersiapkan serangan besar terhadap Iran, yang dipicu serangan rudal pada 1 Oktober. Iran menyatakan serangan itu merupakan balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas, Hezbollah, dan seorang komandan Garda Revolusi.
Baghaee menegaskan bahwa sikap Iran jelas, dan setiap provokasi dari Israel akan disambut dengan tanggapan tegas. Iran juga menyatakan bahwa serangan rudalnya terhadap Israel adalah bentuk hak membela diri.
Baghaee mengkritik penempatan sistem pertahanan anti-rudal Amerika Serikat (AS) bernama THAAD di kawasan, menganggapnya sebagai ancaman bagi Iran, seraya menekankan pentingnya perdamaian regional sebagai tanggung jawab bersama.
"Iran selalu mengambil inisiatif. Kami siap berhubungan dengan negara mana pun yang siap bekerja sama berdasarkan rasa saling menghormati dan pengertian, sesuai dengan kepentingan nasional Iran," kata Baghaee, seperti dilansir dari Anadolu Agency, Selasa, 21 Oktober 2024.
Ia juga menanggapi sanksi baru Eropa terhadap maskapai Iran sebagai tindakan tidak adil dan menyayangkan respons negatif Eropa terhadap upaya Iran membangun hubungan positif.
“Kami menyambut baik inisiatif apa pun yang mengarah pada diakhirinya kejahatan di Gaza dan Lebanon. Iran tidak pernah campur tangan, dan tidak akan pernah campur tangan, dalam urusan dalam negeri negara mana pun,” tambahnya.
Meski ketegangan meningkat, Iran terus berkomunikasi dengan AS melalui Kedutaan Besar Swiss di Teheran, walau proses negosiasi antara Teheran dan Washington untuk sementara dihentikan karena perkembangan regional terbaru. (Angel Rinella)
Baca juga: THAAD: Sistem Pertahanan AS untuk Melindungi Israel dari Iran
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News