Seorang pejabat lokal menyalahkan kelompok ekstremis atas serangan tersebut, dan menyebutkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 24 orang. Menurutnya, serangan tersebut terjadi di Ebak, sekitar 35 km dari Gao.
"Ada kepanikan di area sekitar lokasi kejadian," ucapnya.
"Situasi di Anchawadj sangat mengkhawatirkan. Masyarakat setempat memilih melarikan diri demi menghindari aksi kekerasan lebih lanjut," sambung dia.
Sementara itu di akhir pekan yang sama, sebuah ranjau darat menewaskan seorang personel penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Insiden terjadi saat korban sedang berpatroli di wilayah utara Kidal, menurut keterangan kepala pasukan misi PBB MINUSMA, El Ghassim Wane.
Juru bicara untuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk keras pembunuhan terhadap personel penjaga perdamaian tersebut, yang diketahui berasal dari Guinea.
"Serangan yang ditujukan kepada penjaga perdamaian PBB dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang di bawah hukum internasional," sebut sang jubir.
Sejauh ini tidak ada grup yang mengeklaim bertanggung jawab atas serangan di Anchawadj maupun yang menewaskan penjaga perdamaian PBB. Namun kawasan tempat terjadinya serangan dikenal tempat beroperasinya grup-grup terafiliasi al-Qaeda atau Islamic State (ISIS).
Keamanan di Mali semakin memburuk sejak separatis Tuareg melancarkan pemberontakan terhadap pemerintah pusat di tahun 2012.
Baca: Ledakan Bom Rakitan Tewaskan 2 Penjaga Perdamaian PBB di Mali
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News