"Kepemimpinan Turki menghormati pengungsi politik, dan kami yakin hal tersebut tidak akan berubah," kata Munir.
"Turki juga adalah negara kredibel yang tidak akan melakukan manuver-manuver," sambung dia, dilansir dari laman Middle East Monitor pada Senin, 22 Maret 2021.
Meski demikian, Munir mengingatkan Mesir bahwa upaya ke depan tidak akan berjalan mudah. Ini dikarenakan masalah yang memicu konflik antara Ikhwanul Muslimin, atau Muslim Brotherhood, dan pemerintah Mesir "sangatlah banyak."
Baca: Gagal Peringatkan Tentang Ikhwanul Muslim, Imam Arab Saudi Banyak Dipecat
Jumat kemarin, tokoh oposisi Mesir Ayman Nour sekaligus pemimpin stasiun televisi Al-Sharq terkait Ikhwanul Muslim, mengatakan bahwa otoritas Turki meminta tiga media Mesir yang berbasis di Istanbul untuk "menurunkan" gelombang kritik terhadap pemerintahan Presiden Sisi.
Menurut laporan VOA News, seruan tersebut merupakan upaya Turki dalam memperbaiki hubungannya yang renggang dengan Mesir.
"Sebuah dialog telah dimulai antara kami dan Turki terkait rencana mengubah retorika (ketiga saluran televisi)," ujar Nour.
Ia menekankan bahwa seruan ini bukan berarti tidak menghentikan kritik sama sekali, melainkan hanya "diperhalus" atau "dikurangi." Nour mengatakan beberapa pejabat Turki meminta saluran televisi al-Sharq dan dua lainnya, Mekamleen dan Watan, untuk tetap menyiarkan berita soal Mesir, namun sebisa mungkin tidak memberitakan soal pemerintahan Sisi.
Menteri Informasi Mesir, Ossama Heikal, menyambut baik langkah baru dari Turki. "Itu merupakan inisiatif baik dari Turki untuk menciptakan atmosfer yang baik untuk mendiskusikan berbagai isu antar kedua negara," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News