Namun, pertemuan tersebut tidak menghasilkan sesuatu yang berarti.
"Serangan brutal Israel telah memusnahkan seluruh keluarga di Gaza," kata Shtayyeh dalam konferensi pers, dilansir dari Al Arabiya, Senin, 17 Mei 2021.
Konferensi pers dilakukan di tengah bombardir serangan udara Israel. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan jumlah korban tewas di Jalur Gaza meningkat menjadi 197 orang, termasuk 58 anak-anak.
Israel dilaporkan telah melancarkan sedikitnya 70 serangan udara di Gaza pada Senin pagi waktu setempat. "Israel melakukan kejahatan sistematis terhadap kami dan menyiarkannya secara langsung ke dunia," tambah sang perdana menteri.
Baca juga: Pertemuan DK PBB Terkait Palestina-Israel Berakhir Tanpa Hasil Konkret
Sehari sebelumnya, serangan udara Israel di kota itu menghancurkan beberapa bangunan dan merusak jalan utama menuju rumah sakit Shifa. Rumah sakit ini terbesar di Gaza dan berperan penting dalam merawat warga sipil yang terluka dalam sepekan terakhir.
"Otoritas Palestina saat ini bekerja dengan Mesir, serta organisasi internasional untuk mengamankan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza," terang Shtayyeh.
Sementara itu, dalam pernyataannya terkait pertemuan DK PBB, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki mendeskripsikan serangan Israel terhadap wilayah pendudukan sebagai "kejahatan perang." Ia mendesak DK PBB untuk menjatuhkan sanksi dan memberlakukan embargo senjata terhadap Israel.
"Israel adalah pencuri bersenjata yang masuk ke rumah dan meneror keluarga kami. Israel menghancurkan rumah dan menekan masyarakat kami dari generasi ke generasi," tutur Maliki.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres turut hadir dalam pertemuan. Ia mendesak Israel dan Palestina untuk mengakhiri "siklus pertumpahan darah, teror, dan kehancuran yang sia-sia."
Guterres mendorong kedua kubu untuk kembali bernegosiasi dan mengupayakan Solusi Dua Negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News